A. JUDUL | : | |
B. PENELITI/ NPM | : | DANAR ANIZAR / 106510576 |
C. PENDAHULUAN |
1. Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan merupakan salah satu bidang dalam kehidupan yang begitu besar manfaatnya. Dengan perkembangan zaman di dunia pendidikan yang terus berubah dengan signifikan sehingga banyak merubah pola pikir pendidik, dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih modern. Melalui pendidikan peserta didik dapat memperoleh pengetahuan yang dapat menunjang dan menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapinya dalam proses pendidikan (Hariyanto, 2012).
Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara adikuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2011:79 ). Menurut Kunandar (2011: 5), pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu, hampir semua negara menempatkan variabel pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu juga Indonesia menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama melalui proses belajar.
|
Menurut Sanjaya (2010a: 216), mengajar dan belajar adalah dua istilah yang memiliki satu makna yang tidak dapat dipisahkan. Mengajar adalah suatu aktivitas yang dapat membuat siswa belajar. Keterkaitan mengajar dan belajar diistilahkan Dewey sebagai “menjual dan membeli”. Artinya, seseorang tidak mungkin akan menjual manakala tidak ada orang yang membeli, yang berarti tidak akan ada perbuatan mengajar manakala tidak membuat seseorang belajar. Dengan demikian, dalam istilah mengajar juga terkandung proses belajar siswa. Proses belajar akan berjalan lancar apabila adanya minat. Siswa memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut. Proses belajar mangajar merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusia yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar dengan siswa sebagai subjek pokoknya. Seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar (Sardiman, 2012: 14).
Dalam usaha mencapai tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan (kondisi) belajar yang lebih kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan mengajar. Mengajar diartikan sebagai suatu usaha penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan belajar ini sendiri terdiri atau dipengaruhi oleh berbagai komponen yang masing-masing akan saling memengaruhi. Komponen-koponen itu misalnya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, materi yang ingin diajarkan, guru dan siswa yang memainkan peranan serta dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan serta sarana prasarana belajar mengajar yang tersedia (Sardiman, 2012: 25).
Hasil wawancara yang peneliti lakukan di SMPN 34 Pekanbaru bahwa permasalahan dalam pelajaran biologi diantaranya adalah: Siswa banyak yang tidak memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa kurang aktif dalam proses KBM yang ditandai dengan jarangnya siswa yang bertanya dan lebih banyak diam ketika ditanya. Hal itu terjadi karena guru lebih sering menggunakan metode ceramah dalam KBM yang membuat kurangnya partisipasi aktif peserta didik. Murid hanya mendengarkan dan mencatat apa yang disuruh guru, sehingga minat terhadap pelajaran menjadi kurang dan banyak nilai siswa yang di bawah KKM yang di tentukan sekolah yaitu 75 dengan ketuntasan klasikal 63,88%.
Masalah di atas dapat diatasi dengan banyak cara yang dapat diterapkan guru dalam mengajar yang dapat meningkatkan keaktifan, minat dan pemahaman sisiwa dalam belajar, salah satunya adalah pembelajaran inkuiri terbimbing. Guru sebagai fasilitator dan motivator dalam mengoptimalkan proses belajar siswa, harus dapat memilih suatu pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, salah satu pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing.
Menurut Herdian (2010), pembelajaran inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan inkuiri. Dengan pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) ini siswa belajar lebih berorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri. Selain itu pembelajaran inkuiri ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkian dengan jenis pembelajaran yang lainnya. Selanjutnya menurut Sanjaya (2010b: 196), strategi pembelajaran inkuiri (SPI) merupakan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang ditanyakan. Proses berfikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antar guru dan siswa.
Menurut Sanjaya (2010b: 208), keunggulan dari pembelajaran inkuiri yaitu, pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang, sehingga strategi pembelajaran ini dianggap lebih bermakna, memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka, dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman dan pembelajaran yang dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Terhadap Minat dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII2 SMPN 34 Pekanbaru Tahun Ajaran 2013/2014.
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang teridentifikasi adalah sebagai berikut:
1) Siswa sulit memusatkan perhatian dalam menerima materi pembelajaran
2) Metode pembelajaran yang diterapkan guru dalam proses pembelajaran kurang bervariasi, guru hanya menggunakan metode ceramah saja di setiap proses pembelajaran
3) Siswa kurang berminat dalam pembelajaran biologi
4) Pencapaian hasil belajar siswa secara klasikal 63,88% berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75.
3. Pembatasan Masalah
Untuk membatasi masalah dalam penelitian ini maka peneliti hanya memberi batasan, sebagai berikut:
1) Penelitian ini akan dilaksanakan pada mata pelajaran IPA Biologi yang terdiri
dari 2 siklus dengan rincian sebagai berikut:
Siklus I SK 7. Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem, KD 7.1 Menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem, dan Siklus II pada KD 7.2 Mengidentifikasi pentingnya keanekaragaman makhluk hidup dalam pelestarian ekosistem.
2) Penilaian pencapaian minat siswa diperoleh dari lembar angket
3) Penilaian pencapaian hasil belajar siswa (PHBS) terdiri dari:
a) Nilai PPK, diperoleh dari nilai kuis, pekerjaan rumah dan ujian blok.
b) Nilai Kinerja Ilmiah (KI), diperoleh dari nilai portofolio (LKPD dan kliping) dan unjuk kerja (diskusi, pengamatan dan presentasi).
4. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah minat dan hasil belajar biologi siswa kelas VII2 SMPN 34 Pekanbaru Tahun Ajaran 2013/2014 setelah penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing?”
5. Tujuan dan Manfaat Penelitian
5.1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui minat dan hasil belajar biologi siswa kelas VII2 SMPN 34 Pekanbaru Tahun Ajaran 2013/2014 melalui penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing.
5.2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
1) Siswa, untuk meningkatkan minat dan hasil belajar biologi siswa melalui penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing.
2) Guru, lebih meningkatkan kualitas guru dalam kegiatan belajar mengajar.
3) Sekolah, sebagai masukan untuk lebih meningkatkan mutu tenaga pendidik dan mutu sekolah
4) Penulis, menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam kegiatan belajar mengajar.
6. Definisi Istilah Judul
Untuk menghindari terjadi kesalahan pemahaman terhadap pengertian judul penelitian ini, perlu penjelasan istilah yang digunakan yaitu :
Inkuiri terbimbing (guided Inquiry) yaitu inkuiri dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Model inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri (Herdian, 2010).
Minat adalah suatu rasa suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya (Slameto 2010: 180).
Hasil belajar adalah kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam suatu kompetensi dasar. Hasil belajar dalam silabus berfungsi sebagai petunjuk tentang perubahan perilaku yang akan dicapai oleh siswa sehubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan, sesuai dengan kompetensi dasar dan materi standar yang dikaji. Hasil belajar bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan, maupun sikap (Kunandar, 2011: 251).
|
1. Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sains
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas malalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata (Trianto, 2012: 113). Selanjutnya Sardiman (2012:37) mengungkapkan bahwa konstruktivisme merupakan salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan. Pengetahuan bukan gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Tetapi pengetahuan selalu merupakan akibat dari konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang.
Asumsi penting dari kontruktivisme adalah situated cognition (kognisi yang ditempatkan). Konsep ini mengacu pada ide bahwa pemikiran selalu ditempatkan atau disituasikan dalam konteks sosial dan fisik, bukan dalam pikiran seseorang. Pengetahuan diletakkan dan dihubungkan dengan konteks di mana pengetahuan tersebut dikembangkan (Suprijono, 2013:78). Selanjutnya menurut Kunandar (2011: 312), mengatakan bahwa dalam konstruktivisme pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan “menerima” pengetahuan. Dalam proses pembelajaran siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan bukan guru. Dalam pandangan konstruktivisme “strategi memperoleh” lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Oleh karena itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan cara:
1) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa.
2) Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri.
3) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
|
Menurut Elfis (2010), keunggulan penggunaan pandangan konstruktivisme dalam pembelajaran di sekolah yaitu:
1) Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri, sebagai gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya.
2) Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan sesuai dengan gagasan awal siswa agar memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk merangkai fenomena sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.
3) Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan untuk berfikir tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berfikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori, pengenalan gagasan pada saat tepat.
4) Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks, baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar.
5) Pembelajaran konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka setelah meyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
6) Pembelajaran konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak dan menghindari kesan selalu ada jawaban yang benar.
Trianto (2012: 75), menyatakan bahwa pada dasarnya aliran kontruktivisme menghendaki pengetahuan dibentuk sendiri oleh individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bermakana. Belajar bermakna tidak akan terwujud hanya dengan mendengarkan ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang lain. Seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungan melalui melihat, mendengar, mencium, menjamah, dan meraskannya. Hal ini menampakkan bahwa pengetahuan lebih menunjuk pada pengalaman seseorang akan dunia dari pada dunia itu sendiri.
Ciri-ciri guru yang telah mengajar dengan pendekatan konstruktivisme menurut Kunandar (2011: 313) adalah:
1) Guru adalah salah satu dari berbagai macam sumber belajar, bukan satu-satunya sumber belajar;
2) Guru membawa siswa masuk kedalam pengalaman-pengalaman yang menentang konsepsi pengetahuan yang sudah ada dalam diri mereka;
3) Guru membiarkan siswa berpikir setelah mereka disuguhi beragam pertanyaan-pertanyaan guru;
4) Guru menggunakan teknik bertanya untuk memancing siswa berdiskusi satu sama lain;
5) Guru menggunakan istilah-istilah kognitif, seperti klasifikasikan, analisislah, dan ciptakanlah ketika merancang tugas-tugas;
6) Guru membiarkan siswa untuk bekerja secara otonom dan berinisiatif sendiri;
7) Guru menggunakan data mentah dan sumber primer bersama-sama dengan bahan-bahan pelajaran yang dimanipulasi;
8) Guru tidak memisahkan antara tahap “mengetahui” dari proses “menemukan”; dan
9) Guru mengusahakan agar siswa dapat mengkomunikasikan pemahaman mereka karena dengan begitu mereka benar-benar sudah belajar.
2. Paradigma Pembelajaran IPA Biologi
IPA adalah suatu kumpulan teoritis yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya (Trianto, 2012: 136). Selanjutnya Trianto (2012: 153), mengatakan bahwa IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan di dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Gardner dalam Wena (2012: 67), menyatakan bahwa mata pelajaran biologi sebagai bagian dari bidang sains, menuntut kompetensi belajar pada ranah pemahaman tingkat tinggi yang komprehensif. Pemahaman merupakan perangkat standar program pendidikan yang merefleksikan kompetensi sehingga dapat menghantarkan siswa untuk menjadi kompeten dalam berbagai bidang kehidupan. Sedangkan kompetensi seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan dijadikan titik tolak dari kurukulum berbasis kompetensi. Dengan demikian pemahaman merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam belajar biologi. Belajar untuk pemahaman dalam bidang biologi harus dipertimbangkan oleh para pendidik dalam rangka mencapai tujuan-tujuan pendidikan mata pelajaran biologi.
Pelajaran biologi merupakan pelajaran sains yang masih banyak salah paham dalam mengartikannya. Mereka sebagian besar mengatakan pelajaran biologi adalah pelajaran hafalan, jadi tidak perlu susah payah untuk belajarnya. Image tersebut datang bukan hanya dari kalangan praktisi di luar pelajaran IPA, tapi juga datang dari praktisi IPA sendiri yang kurang paham hakikat pembelajaran IPA khususnya Biologi. Jika peserta didik terbawa oleh paradigma “biologi adalah pelajaran hafalan”, maka akibatnya sangat fatal, antara lain: pembelajaran biologi menjadi jalan di tempat, logika sains yang di miliki biologi menjadi statis dan perkembangan biologi menjadi berhenti karena pembelajaran biologi disampaikan secara monoton dan letter lux harus sesuai dengan bahasa buku (Nizamudishamazia’s, 2012).
Selanjutnya menurut Nizamudishamazia’s (2012), agar pembelajaran IPA tidak menjadi pelajaran hafalan maka guru harus menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Guru harus menyadari bahwa belajar biologi bukan sekedar menghafal, tetapi harus pandai mengaitkan satu topik terdahulu dengan topik yang akan datang, hingga membentuk pemahaman yang komprehensif.
2) Siswa harus dilatih melakukan analisa dan bahasa yang tidak teks book tetapi bebas menggunakan bahasa yang logis dan sesuai dengan substansi materi.
3) Siswa jangan dibatasi pada materi yang ada di buku saja tetapi harus di hubungkan dengan biologi nyata sesuai konteks dan materi yang dipelajari.
4) Pembelajaran harus interaktif.
5) Penilaian harus objektif dan kontinyu.
Menurut Trianto (2012: 152), dalam belajar IPA peserta didik diarahkan untuk membandingkan hasil prediksi peserta didik dengan teori melalui eksperimen dengan emnggunakan metode ilmiah. Pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya: (1) memberikan pengalaman pada peserta didik sehingga mereka kompeten melakukan pengukuran berbagai besaran fisis, (2) menanamkan pada peserta didik pentingnya pengamatan empiris dalam menguji suatu pernyataan ilmiah (hipotesis). Hipotesis ini dapat berasal dari pengamatan terhadap kejadian sehari-hari yang memerlukan pembuktian secara ilmiah, (3) latihan berfikir kuantitatif yang mendukung kegiatan belajar matematika, yaitu sebagai penerapan matematika pada masalah-masalah nyata yang berkaitan dengan peristiwa alam, (4) memperkenalkan dunia teknologi melalui kegiatan kreatif dalam kegiatan perancangan dan pembuatan alat-alat sederhana maupun penjelasan berbagai gejala dan keampuhan IPA dalam menjawab masalah.
3. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)
Pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran dimana siswa didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan mendorong guru siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan siswa untuk menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri (Kunandar, 2011: 377). Selanjutnya menurut Dimyati dan Mudjiono (2010: 173), Inkuiri merupakan pengajaran yang mengharuskan siswa mengolah pesan sehingga memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai. Model pembelajaran inkuiri merupakan pengajaran yang berpusat pada siswa. Dalam pengajaran ini siswa menjadi aktif belajar. Tujuan utama model inkuiri adalah mengembangkan keterampilan intelektual, berfikir kritis, dan mampu memecahkan masalah ilmiah
Menurut Sanjaya (2010b: 196), strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang ditanyakan. Proses berfikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.
Tiga hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri yaitu:
1) Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
2) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri.
3) Tujuan dari strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental (Sanjaya, 2010b: 197).
Gulo dalam Trianto (2012: 137) menyatakan, bahwa inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan keterampilan inkuiri merupakan proses yang bermula dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, dan membuat kesimpulan.
Menurut Wena (2012: 69), terdapat empat langkah utama atau tahapan didalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran inkuiri. Langkah-langkah itu ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Tahapan Pembelajaran Inkuiri Biologi
No | Tahap Pembelajaran | Kegiatan Guru | Kegiatan Siswa |
1. | Investigasi | Memberikan permasalahan yang terkait dengan pembelajaran pada siswa. | · Membaca permasalahan secara umum · Menganalisis masalah · Mengumpulkan data |
Mendorong dan membimbing siswa melakukan pengkajian/investigasi terhadap permasalahan. | Melakukan pengkajian/investigasi terhadap permasalahan. | ||
Mendorong siswa aktif berfikir, belajar, dan mencipta, serta mengekplorasi. | Menciptakan dan mengeksplorasi | ||
Mendorong siswa melakukan pengkajian lebih lanjut terhadap permasalahan yang ada, mengumpulkan data, mengkaji, mengklasifikasikan data, dan sejenisnya. | · Melakukan pengkajian lebih lanjut terhadap permasalahan yang ada. · Mengumpulkan data, mengkaji, mengklasifikasikan data, dan sejenisnya. | ||
2. | Penentuan Masalah | Membimbing dan mengarahkan siswa untuk menentukan, memetakan masalah sesuai jenisnya. | · Memverifikasi dan memetakan data · Menentukan masalah sesuai data yang ada |
Membantu siswa untuk melihat keterkaitan antara kelompok/jenis masalah serta membuat pohon permasalahan yang sejenisnya. | Melihat keterkaitan antara kelompok/jenis masalah dan membuat pohon permasalahan dan sejenisnya. |
No | Tahap Pembelajaran | Kegiatan Guru | Kegiatan Siswa |
3. | Identifikasi | Membantu siswa melakukan identifikasi dan verifikasi permasalahan. | Melakukan identifikasi permasalahan, mengembangkan hipotesis, mencari berbagai alternatif pemecahan dan mengembangkan kesimpulan sementara. |
Mendorong siswa mengembangkan hipotesis. | Mengembangkan hipotesis. | ||
Mendorong siswa mencari berbagai alternatif pemecahan masalah. | Mencari berbagai alternatif pemecahan masalah. | ||
Mendorong siswa mencari berbagai alternatif pemecahan masalah | Mencari berbagai alternatif pemecahan masalah. | ||
4. | Penyimpulan | Mendorong siswa untuk mencari pemecahan masalah yang paling tepat/ sesuai. | Menyimpulkan pemecahan masalah yang paling baik dan tepat untuk meyelesaikan soal yang ada. |
Membimbing siswa menganalisis (kelemahan dan kekuatan) berbagai kesimpulan yang telah dibuat. | Menganalisis (kelemahan dan kekuatan) berbagai kesimpulan yang telah dibuat. | ||
Membimbing dan membantu siswa menetapkan suatu kesimpulan yang paling tepat. | Menetapkan suatu kesimpulan yang paling tepat. |
Sumber: Wena (2012: 69)
Menurut Sanjaya (2010a: 306), pembelajaran inkuiri mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1) Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsife. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Kemudian guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan siswa tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah, tanpa kemauan dan kemampuan itu tidak mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar.
2) Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui masalah dalam berpikir.
3) Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara hipotesis perlu di uji kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada dasarnya sudah dimiliki sejak individu itu lahir. Potensi berpikir itu dimulai dari kemampuan setiap individu untuk menebak atau mengira-ngira (berhipotesis) dari suatu permasalahan.
4) Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.
5) Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menemukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
6) Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
Herdian (2010), menyatakan bahwa pendekatan inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya intervensi guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya. Ketiga jenis pendekatan inkuiri tersebut adalah:
1) Inkuiri Terbimbing (guided inquiry approach)
Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.
2) Inkuiri Bebas (free inquiry approach)
Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam pendekatan inkuiri bebas ini menempatkan siswa seolah-olah bekerja seperti seorang ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah yang diperlukan.
Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan atau bahkan tidak diberikan sama sekali. Salah satu keuntungan belajar dengan metode ini adalah adanya kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah open ended dan mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari satu cara, karena tergantung bagaimana cara mereka mengkonstruksi jawabannya sendiri. Selain itu, ada kemungkinan siswa menemukan cara dan solusi yang baru atau belum pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah yang diselidiki.
3) Inkuiri Bebas Yang Dimodifikasikan (modified free inquiry approach)
Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua pendekatan inkuiri sebelumnya, yaitu; pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri bebas. Meskipun begitu permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan atau mempedomani acuan kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam pendekatan ini siswa tidak dapat memilih atau menentukan masalah untuk diselidiki secara sendiri, namun siswa yang belajar dengan pendekatan ini menerima masalah dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan. Namun bimbingan yang diberikan lebih sedikit dari Inkuiri terbimbing dan tidak terstruktur.
Inkuiri terbimbing biasanya digunakan terutama bagi siswa yang belum mempunyai pengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Pada tahap-tahap awal pengajaran diberikan bimbingan lebih banyak, yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan pengarah agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahn yang disodorkan oleh guru. Pertanyaan-pertanyaan pengarah selain dikemukakan langsung oleh guru juga diberikan melalui pertanyaan yang dibuat dalam Lembar Kerja Siswa (LKS). Oleh sebab itu, LKS dibuat khusus agar dapat membimbing siswa dalam melakukan kegiatan percobaan sehingga dapat menyimpulkan kegiatan percobaan dalam rangka menjawab problem atau masalah (Kaniawati, 2010: 11).
Menurut Trianto (2012: 167), pembelajaran inkuiri dirancang untuk membentuk siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah pada waktu yang relatif singkat. Selanjutnya Kunandar (2011: 315), mengatakan bahwa inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual yang berpendapat bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.
Wena (2012: 79), menyatakan bahwa agar model pembelajaran inkuiri dapat berjalan lancar dan memberi hasil yang optimal, maka ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut:
1) Interaksi pengajar-siswa, model ini bisa sangat terstruktur, dalam arti bahwa pengajar mengontrol interaksi dalam kelas serta mengarahkan prosedur inkuiri.
2) Peran pengajar, dalam model ini pengajar mempunyai beberapa tugas yang penting yaitu:
a. Mengarahkan pertanyaan siswa.
b. Menciptakan suasana kebebasan ilmiah dimana siswa tidak merasa dinilai pada waktu mengemukakan pendapatnya.
c. Mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan teoritis yang lebih jelas dengan mengemukakan bukti yang menunjang, dan
d. Meningkatkan interaksi antarsiswa.
Menurut Sanjaya (2010b: 208), ada beberapa keunggulan dan kelemahan strategi pembelajaran inkuiri. Beberapa keungggulan tersebut adalah:
1) Merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
2) Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
3) Merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
4) Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Disamping keunggulan strategi pembelajaran inkuiri juga memiliki kelemahan, yaitu:
1) Digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2) Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
3) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan-kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka strategi pembelajaran inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
4. Minat Belajar
Minat belajar besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu (Aritonang, 2008: 11). Banyak faktor yang mempengaruhi sisiwa dalam belajar. Salah satu faktor tersebut adalah minat (Slameto, 2010: 54). Minat merupakan faktor yang menentukan keberhasilan seseorang dalam segala bidang, baik dalam belajar, bekerja maupun kegiatan-kegiatan lainnya. Minat timbul dari dalam diri karena adannya kebutuhan. Karena kebutuhan merupakan faktor yang penting bagi siswa dalam melaksanankan kegiatan-kegiatan atau usahanya. Beberapa definisi minat dikemukakan oleh para ahli, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh (Slameto 2010: 180). Selanjutnya Sanjaya (2010b: 71) menyatakan bahwa minat adalah kecenderungan individu untuk melakukan sesuatu perbuatan, minat juga merupakan aspek yang dapat menentukan motivasi seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu.
Menurut Slameto (2010: 60): mengemukakan bahwa faktor eksternal yang mempengaruhi belajar siswa adalah: (1) faktor lingkungan keluarga, (2) faktor sekolah dan (3) faktor masyarakat. Ketiga faktor tersebut akan mempengaruhi siswa dalam belajar, terutama lingkungan social dalam keluarga. Dengan demikian, jika seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu, maka tidak dapat diharapkan bahwa dia akan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal tersebut. Tapi sebaliknya, jika seseorang belajar sesuai dengan minatnya, maka dapat diharapkan hasilnya akan lebih baik. Minat siswa terhadap pelajaran yang disajikan guru dapat dilihat dari prilaku siswa dalam memperhatikan guru menjelaskan, kosentrasi dalam belajar dan memperoleh hasil yang baik.
Selanjutnya menurut Aritonang (2008: 18), untuk membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa upaya yang harus dilakukan guru berdasarkan faktor-faktor di atas adalah sebagai berikut:
1) Faktor cara mengajar guru
Peran yang harus dimiliki dalam hal cara mengajar guru yaitu guru sebagai demonstrator dan guru sebagai evaluator. Adapun langkah-langkah membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa sesuai dengan peran tersebut di atas adalah: Menarik perhatian siswa, Membuat tujuan yang jelas, Akhiri pelajaran dengan berkesan.
2) Faktor karakter guru
Berdasarkan hasil angket yang berhubungan dengan karakter guru agar dapat membangkitkan minat belajar siswa antara lain: sabar, memiliki 3 S (senyum, sapa, santun), menghargai kekurangan siswa, adil, baik, disiplin, tidak menakut-nakuti atau mengancam siswa, memiliki semangat.
3) Faktor suasana kelas tenang dan nyaman
Lingkungan kelas yang tenang dan nyaman sangat diperlukan dalam proses belajarmengajar. Akan tetapi lingkungan kelas sering membuat siswa bosan dan kecewa berada di dalamnya, oleh karena tinggal di lingkungan kelas yang sama dalam waktu yang lama, monoton, dan tidak menarik. Pengaruh lingkungan kelas dapat merangsang siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang proses belajar mengajar.
4) Faktor fasilitas belajar
Belajar yang efektif harus mulai dengan pengalaman langsung atau pengalaman konkret dan menuju kepada pengalaman yang lebih abstrak. Belajar akan lebih efektif jika dibantu dengan alat peraga pengajaran daripada bila siswa belajar tanpa dibantu dengan alat pengajaran. Dengan menggunakan fasilitas belajar yang berupa alat peragaan tersebut dapat membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa. Untuk itu diperlukan peran guru sebagai mediator dan fasilitator.
5. Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Slameto, 2010: 2). Selanjutnya Suprijono (2012: 5) mengatakan bahwa hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan yang menghasilkan perubahan dari diri individu yang belajar.
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri (Dimyati dan Mudjiono, 2010: 7). Bila terjadi proses belajar, maka bersama itu pula terjadi proses mengajar (Sardiman, 2012: 19). Selanjunya Sardiman (2012: 19) mengatakan bahwa dari proses belajar mengajar ini akan diperoleh hasil, yang pada umumnya disebut hasil pengajaran, atau dengan istilah tujuan pembelajaran atau hasil belajar. Tetapi agar memperoleh hasil yang optimal, proses belajar mengajar harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta terorganisasi secara baik.
Menurut Sanjaya (2010a: 13) hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Dengan demikian tugas utama guru dalam kegiatan ini adalah merancang instrument yang dapat mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut Sudjana (2009: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Hasil belajar merupakan kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam suatu kompetensi dasar. Hasil belajar dalam silabus berfungsi sebagai petunjuk tentang perubahan perilaku yang akan dicapai oleh siswa sehubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan, sesuai dengan kompetensi dasar dan materi standar yang dikaji. Hasil belajar bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan, maupun sikap (Kunandar, 2011: 251).
Sudjana (2011: 49) mengatakan bahwa ada tiga aspek yang meliputi hasil belajar:
1) Aspek kognitif, merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
2) Aspek afektif, merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan sikap atau tingkah laku siswa, seperti perhatian terhadap pelajaran, displin, motivasi belajar dan menghargai guru serta teman sekelas.
3) Aspek psikomotorik, merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan keterampilan serta kemampuan bertindak.
Selanjutnya Slameto (2010: 54) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibagi menjadi dua golongan yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada diluar individu.
1) Faktor internal (faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar) meliputi faktor jasmani dan psikologi:
a. Faktor jasmani terdiri dari kesehatan dan cacat tubuh
b. Faktor psikologi terdiri dari inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.
c. Faktor kelelahan (jasmani dan rohani).
2) Faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar individu) yakni:
a. Faktor keluarga, berupa cara orang tua mendidik, interaksi antara anggota keluarga, rumah dan keadaan ekonomi keluarga.
b. Faktor sekolah, mencakup metode mengajar, kurikulum, reaksi guru dengan siswa, reaksi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran, dan alat pembelajaran.
c. Faktor masyarakat, pengaruh terjadi karena keberadaan siswa itu sendiri dimasyarakat.
6. Hubungan Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Minat dan Hasil Belajar
Keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasil. Asumsi dasar ialah proses pengajaran yang optimal memungkinkan hasil belajar yang optimal pula. Ada korelasi antara proses pengajaran dengan hasil yang dicapai. Makin besar usaha untuk menciptakan kondisi proses pengajaran, makin tinggi pula hasil atau produk dari pengajaran itu. Hasil belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku dalam diri seseorang. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan baik yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif) (Sadiman dkk, 2012: 2). Hasil belajar yang optimal dalam belajar mengajar akan tercapai apabila seorang guru dapat menguasai dan menerapkan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa sehingga dapat menarik minat, kreativitas, serta motivasi siswa dan nantinya akan berpengaruh terhadap hasil belajar. Salah satu model pembelajaran tersebut adalah inkuiri terbimbing.
Menurut Herdian (2010), Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Model inkuiri merupakan pengajaran yang berpusat pada siswa. Dalam pengajaran ini siswa jadi aktif belajar. Tujuan model inkuiri adalah mengembangkan keterampilan intelektual, berfikir kritis, dan mampu memecahkan masalah secara ilmiah (Dimyati dan Mudjiono, 2010: 173).
Selanjutnya menurut Sanjaya (2010b: 196) strategi pembelajaran inkuiri adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Bila dilihat dari cirri-ciri strategi pembelajaran inkuiri ini dapat menarik minat siswa, sebab dengan pembelajaran inkuiri siswa dapat mengemukakan pendapat dengan leluasa dari pengetahuan yang dimilikinya. Pengetahuan yang diperoleh siswa lebih tahan lama dan mudah untuk diingat karena pembelajaran ini berpusat pada siswa. Akibatnya minat belajar siswa menjadi meningkat.
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang akan dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar (Slameto, 2010: 57). Oleh sebab itu bahan pelajaran yang menarik minat siswa akan mudah dipelajari dan disimpan.
Sardiman (2012: 93) mengemukakan bahwa proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat. Minat dapat dibangkitkan dengan cara: 1) Adanya suatu kebutuhan, 2) Dengan persoalan masa lampau, 3) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik, 4) Mengunakan variasi dalam mengajar. Oleh karena itu, peneliti menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap minat dan hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan karena pembelajaran inkuiri merupakan salah satu pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Sehingga, siswa akan berminat untuk belajar biologi. Untuk meningkatkan minat dan hasil belajar biologi siswa, maka dibutuhkan kecakapan dan keterampilan guru dalam mengembangkan pengetahuan siswa. Keterampilan itu antara lain, menggunakan model pembelajaran, metode, menguasai bahan pelajaran dan memiliki kemampuan dalam pemecahan masalah biologi.
Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar dengan mengalami sendiri kemudian member makna pada pengetahuan itu, pada proses pembelajaran ini, siswa aktif dalam membangun pengetahuanya. Adapun cara yang dilakukan guru untuk mengaktifkan siswa adalah: memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk bertanya dan memberi kesempatan untuk mengemukakan ide. Hal ini akan memungkinkan bertambahnya wawasan yang dimiliki siswa dan akan menimbulkan minat yang tinggi dalam diri siswa terhadap pelajaran. Belajar dengan minat akan mendorong siswa belajar lebih baik dari pada tanpa minat (Hamalik, 2012: 33). Dengan demikian, siswa mampu menerapkan pengalamanya belajarnya dalam memecahkan masalah yang dihadapkan kepadanya dan dapat meningkatkan minat belajar biologi siswa. Sehingga, siswa akan mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. Namun minat tanpa adanya usaha yang baik maka belajar juga sulit untuk berhasil. Berdasarkan hal di atas faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa baik itu faktor dari dalam, luar, maupun instrumen yang paling utama adalah minat, motivasi, dan guru (Aritonang, 2008: 14).
Pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran adalah menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi kelak dimasyarakat. Untuk menghasilkan siswa yang memiliki kompetensi yang andal dalam pemecahan masalah, maka diperlukan serangkaian strategi pembelajaran pemecahan masalah. Salah satu model pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk aktif dan juga menyenangkan dalam proses belajar mengajar adalah dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran inkuiri ini khusus dirancang hanya untuk mata pelajaran biologi dan dalam beberapa hasil penelitian telah terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Joice dan Weil dalam Wena, 2012: 52).
7. Penelitian Yang Relevan
Untuk memperkuat penelitian ini, penulis merujuk beberapa referensi yaitu berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh:
Liza Herniati (2010), disimpulkan bahwa metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan minat belajar matematika siswa kelas VIII4 SMPN 12 Pekanbaru. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan persentase minat dari 63,46% dengan kategori minat cukup baik (sebelum PTK) hingga mencapai 72,74% dengan kategori minat sangat baik (setelah PTK).
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Hindun Syarifah (2011) diketahui bahwa penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) dengan menggunakan handout dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIII3 di SMPN 17 Pekanbaru tahun ajaran 2011/2012” yaitu dengan perolehan nilai daya serap pada siklus I yaitu 75,19% dengan ketuntasan klasikal siklus I sebesar 66,66% dan nilai daya serap pada siklus II yaitu 81,5% dengan ketutasan klasikal sebesar 88,88%.
Lebih lanjut penelitian yang dilakukan oleh Hotriama Silalahi (2012) disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar biologi. Hal ini di buktikan dengan adanya perolehan nilai rata-rata hasil belajar siswa setelah menerapkan pembelajaran inkuiri terbimbing pada siklus I memperoleh daya serap PPK 76,22% kategori baik dan daya serap pada siklus II dengan rata-rata 78,92% kategori baik. Dimana ketuntasan belajar pada siklus I 80% dengan kategori baik dan siklus II adalah 90% dengan kategori sangat baik.
|
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas VII2 SMPN 34 Pekanbaru Tahun Ajaran 2013/2014. Pengambilan data penelitian akan dimulai dari tanggal 5 Januari 2013 sampai tanggal 8 Februari 2014. (Lampiran 1)
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII2 SMPN 34 Pekanbaru Tahun Ajaran 2013/2014 yang berjumlah 36 orang, terdiri dari 20 orang siswa perempuan dan 16 orang siswa laki-laki dengan kemampuan akademik yang heterogen. Dasar pengambilan siswa kelas VII2 sebagai subjek penelitian karena minat dan hasil belajar kelas VII2 terendah ke 3 dari kelas lainnya, yaitu yang tidak tuntas 63,88% dalam belajar dengan KKM 75.
3. Metode Penelitian dan Desain Penelitian
3.1 Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan kegiatan belajar yang dilakukan dikelas yang bertujuan untuk memperbaiki proses belajar dikelas. Menurut Arikunto (2012: 3), penelitian tindakan kelas yaitu suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa suatu tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
3.2 Desain Penelitian
|
4. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan kelas tindakan
2. Melaksanakan pembelajaran inkuiri terbimbing, dengan beberapa tahapan yaitu:
4.1. Tahap Persiapan
1) Mempersiapkan instrumen penelitian berupa perangkat pembelajaran guru yang terdiri dari:
a) Standar isi
b) Silabus
c) RPP
d) Buku siswa, LKPD / Lembar Kerja Peserta Didik, LTPD.
e) Tes (alat evaluasi untuk mengukur kemampuan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran)
2) Mempersiapkan lembar angket minat belajar siswa
3) Menentukan kelas penelitian yaitu kelas VII2 SMPN 34 Pekanbaru Tahun Ajaran 2013/2014.
4) Menentukan jadwal penelitian setiap hari selasa (13.00-15.00 WIB) dan sabtu (13.00-14.20 WIB)
5) Menetapkan materi pembelajaran yaitu menetapkan materi pelajaran yang disajikan, yaitu ekosistem dan keanekaragaman hayati.
6) Membentuk kelompok siswa yaitu sebelum memulai pembelajaran inkuiri terbimbing, terlebih dahulu dibentuk kelompok belajar yang terdiri atas 5-6 orang. Kelompok dibentuk berdasarkan tingkat kemampuan akademik dan jenis kelamin.
7) Menetapkan skor individu yaitu yang diambil dari ulangan harian (daya serap siswa sebelum PTK).
4.2. Tahap Pelaksanaan
Tabel 2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
NO | Kegiatan | |
Guru | Peserta Didik | |
1 | Kegiatan awal (20 menit) v Orientasi Ø Menyapa siswa, memeriksa kehadiran siswa dan berdo’a Ø Meminta siswa duduk dalam kelompok Ø Apersepsidan motivasi Eksplorasi Ø Menyampaikan KD dan tujuan pembelajaran Ø Memberikan informasi tentang ulasan materi dan menjelaskan secara garis besar materi yang dipelajari | Kegiatan awal (20 menit) Ø Mempersiapkan diri untuk KBM Ø Duduk dalam kelompok Ø Menjawab pertanyaan yang dilontarkan guru Eksplorasi Ø Siswa mendengarkan guru Ø Mendengarkan dan mencatat penjelasan guru |
2 | Kegiatan Inti (±45 menit) Elaborasi v Merumuskan masalah Ø Memberikan LKPDkepada setiap kelompok Ø Membimbing siswa dalam memahami masalah yang ada pada LKPD dan mendorong siswa untuk memahami rumusan masalah. | Kegiatan inti (±45 menit) Elaborasi Ø Memahami masalah yang ada pada LKPD, seperti: ü Apakah…? |
v Merumuskan jawaban sementara (hipotesis) Ø Meminta setiap kelompok untuk mendiskusikan hipotesis dari rumusan masalah dan menjawab beberapa pertanyaan yanga ada di dalam LKPD. Ø Membimbing dan mendorong siswa untuk mencari jawaban sementara (hipotesis) | Ø Mendiskusikan hipotesis dari rumusan masalah, seperti: ü H1: Ada ü H0: Tidak ada Ø Menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru di dalam LKPD. | |
v Mengumpulkan data Ø Meminta siswa mengumpulkan data (informasi) dari berbagai referensi untuk memperkuat hipotesis dan mencari jawaban dari pertanyaan di dalam LKPD. | Ø Siswa bekerja sama mengumpulkan data dari beberapa referensi untuk memperkuat hipotesis dan menjawab pertanyaan dalam LKPD | |
v Menguji jawaban tentatif (hipotesis) Ø Guru meminta siswa untuk menguji hipotesis dari data yang telah dikumpulkan Ø Guru meminta siswa untuk merumuskan kesimpulan sementara dari langkah-langkah yang mereka lakukan. Ø Mempersilahkan beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas Konfirmasi Ø Membimbing jalannya diskusi sebagai fasilitator. Ø Mencatat jawaban dari tiap kelompok yang presentasi. | Ø Siswa menguji hipotesis dari data yang mereka kumpulkan. Ø Siswa berdiskusi merumuskan kesimpulan sementara berdasarkan jawaban yang mereka temukan. Ø Kelompok maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusinya secara bnergantian. Konfirmasi Ø Mengikuti jalanya diskusi dengan antusias. Ø Mendengarkan jawaban dari kelompok yang sedang presentasi. | |
v Merumuskan kesimpulan Ø Guru mempertegas kesimpulan materi pembelajaran dari hasil temuan kelompok belajar. Ø Kegiatan kelompok selesai dan siswa kembali ke tempat duduk masing-masing. Ø Guru meminta siswa untuk mengumpulkan LKPD ke meja guru. | Ø Maencatat kesimpulan yang disampaikan guru. Ø Kembali ke tempat duduk masing-masing. Ø Mengumpulkan LKPD | |
3 | Kegiatan Akhir (15 menit) Ø Membimbing siswa untuk merangkum hasil diskusi secara lisan. Ø Guru memberikan kuis tertulis pada siswa. Ø Meminta siswa untuk mengerjakan kuis dan setelah selesai langsung mengantarnya ke depan meja guru. Ø Guru meminta siswa membaca materi berikutnya | Kegiatan Akhir (± 15 menit) Ø Dibantu guru siswa mencoba menyimpulkan materi yang telah diberikan Ø Menjawab soal kuis Ø Mendengarkan perintah guru |
4.3 Analisis
Melakukan analisis terhadap hasil dari penelitian yang dilakukan.
4.4 Refleksi
Mengkaji apa yang telah tercapai dan yang belum tercapai. Yang telah berhasil maupun yang belum berhasil dituntaskan dengan perbaikan yang telah dilaksanakan.
4.5 Perencanaan Tindakan Lanjut
Bila hasilnya belum memuaskan, maka dilakukan tindakan perbaikan untuk mengatasinya. Dengan kata lain bila masalah yang diteliti belum tuntas, maka PTK harus dilanjutkan pada siklus 2 dengan langkah yang sama pada siklus 1 dan begitu selanjutnya.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data terdiri dari dua bagian yaitu perangkat pembelajaran guru dan instrumen pengumpulan data.
5.1. Perangkat Pembelajaran Guru
Perangkat pembelajaran guru terdiri dari:
1) Standar Isi
Standar isi merupakan struktur tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Standar isi ini terdiri dari Standar Kompetensi. Standar isi yang digunakan adalah standar isi kelas VII2 SMPN 34 Pekanbaru Tahun Ajaran 2012/2013. (Lampiran 6)
2) Silabus
Silabus disusun berdasarkan prinsip yang mengarah dan mengacu pada kompetensi. Terdiri dari Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator yang akan dicapai, alokasi waktu, materi pokok, pengalaman belajar, sistem penilaian serta sumber dan bahan. (Lampiran 7)
3) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan digunakan memuat rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus memuat tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar dan penilaian proses. (Lampiran 13, 14, 18, 22, 26, 31, 37, 42, 46 dan 51)
4) LKPD (Lembar Kegiatan Peserta Didik)
LKPD adalah lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan siswa baik secara individual maupun kelompok. (Lampiran 15, 19, 23, 27, 38, 43 dan 47)
5) Pekerjaan Rumah
Pekerjaan rumah adalah berupa tugas-tugas yang diberikan untuk dikerjakan di rumah yang bertujuan agar siswa mengulang kembali pembelajaran yang telah dikerjakan. (Lampiran 29 dan 49)
6) Soal Kuis beserta kunci jawaban
Sola kuis yaitu soal yang dirancang oleh peneliti untuk setiap materi yang telah dipelajari. Soal kuis digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman atau daya serap siswa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan. (Lampiran 16, 20, 24, 28, 39, 44 dan 48)
7) Materi Ajar
Materi yang disampaikan ketika proses belajar dan mengajar yang sedang berlangsung. (Lampiran 17, 21, 25, 30, 41, 45 dan 50)
8) Soal ujian blok beserta kunci jawaban
Soal ujian blok beserta kunci jawaban yaitu soal yang disusun oleh peneliti untuk beberapa pokok bahasan yang sudah dipelajari.(Lampiran 34 dan 54)
5.2. Instrumen Pengumpulan Data
Pengumpulan data minat dilakukan dengan memberikan lembar angket minat yang digunakan untuk mengetahui peningkatan minat belajar siswa dalam proses pembelajaran IPA Biologi. Sedangkan Pengumpulan data hasil belajar digunakan teknik tes dalam bentuk tes hasil belajar siswa. Data hasil belajar diperoleh dengan memberikan tes kuis, PR dan ujian blok kepada siswa untuk mengetahui nilai PPK setelah proses pembelajaran biologi selesai. Sedangkan nilai KI diperoleh dari nilai LKPD, nilai unjuk kerja dan nilai kliping.
6. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data deskriptif. Data yang diolah adalah penilaian-penilaian pencapaian minat belajar siswa (afektif), tes tertulis (kognitif) dan data penilaian unjuk kerja (Psikomotorik) siswa.
6.1. Teknik Pengolahan Data Minat Belajar Siswa
Data minat belajar siswa yang akan diolah adalah skor yang diperoleh dari lembar angket (Lampiran 35, 36 dan 55). Menurut Trianto (2012: 242), angket respon siswa digunakan untuk mengukur pendapat siswa terhadap ketertarikan, perasaan senang dan keterkinian, serta kemudahan memahami komponen-komponen: materi/isi pelajaran, format materi ajar, gambar-gambarnya, kegiatan dalam LKS, suasana belajar, dan cara guru mengajar serta pendekatan pembelajaran yang digunakan. Selanjutnya menurut Hamalik (2011: 150), angket atau rating scale likert adalah suatu instrument pengukuran sikap yang terdiri dari daftar pernyataan, seseorang yang merespon harus membuat pertimbangan terhadap setiap pernyataan dan memilih suatu respon dari tingkat setuju, sangat setuju, tidak setuju sampai ke tingkat sangat tidak setuju.
Menurut Riduwan (2011:87), mengungkapkan setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata yaitu: Untuk pertanyaan positif skor masing-masing jawaban yaitu: skor 4 untuk jawaban sangat setuju (SS), skor 3 untuk jawaban setuju (S), skor 2 untuk jawaban tidak setuju (TS), skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS). Sedangkan untuk pertanyaan yang bersifat negatif skornya yaitu: skor 4 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS), skor 3 untuk jawaban tidak setuju (TS), skor 2 untuk jawaban setuju (S), skor 1 untuk jawaban sangat setuju (SS).
Untuk lebih jelasnya maka disusun kisi-kisi pembuatan angket minat yang dapat dilihat pada tabel 3 berikut:
Tabel 3. Kisi-kisi Angket Minat Belajar Siswa
NO | Indikator | No Butir Soal | Jumlah Item | ITEM | |
Positif (+) | Negatif (-) | ||||
1 | Perhatian (Attention) | 1, 5, 10,13, 20 | 5 | 1, 5, 10 | 13, 20 |
2 | Relevansi (Relevance) | 3, 6, 11, 18, 19, | 5 | 3, 6, 19 | 11, 18 |
3 | Percaya Diri (Confidance) | 2, 4, 7, 12, 14 | 5 | 2, 12, 14 | 4, 7 |
4 | Kepuasan (Satisfaction) | 8, 9, 15, 16, 17 | 5 | 9, 15, 16, 17 | 8 |
Sumber: Dimodifikasi oleh peneliti dari Mustakim (2012)
6.1. Teknik Pengolahan Data Hasil Belajar Siswa
6.1.1. Pengolahan Data Hasil Belajar PPK
Menurut Elfis (2010b), nilai Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) didapatkan dari nilai Pekerjaan Rumah (PR), nilai Quis Tertulis (QT), dan Ujian Blok (UB). Masing-masing nilai ini akan dirumuskan sebagai berikut:
6.1.2. Pengolahan Data Hasil Belajar KI
Selanjutnya menurut Elfis (2010b), nilai Kinerja Ilmiah (KI) diperoleh dari nilai portofolio (LKPD, dan kliping ), serta nilai unjuk kerja (diskusi, pengamatan dan presentasi kelompok). Masing-masing nilai digabungkan dengan rumusan sebagai berikut:
6.2. Teknik Analisis Data Deskriptif
6.2.1. Teknik Analisis Data Deskriptif Minat Belajar Siswa
Teknik analisis data minat yang digunakan adalah analisis deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan data tentang angket minat belajar siswa. Selanjutnya analisis data minat bertujuan untuk memperoleh data tentang perkembangan minat belajar IPA Biologi siswa dari lembar angket minat sebelum dan sesudah perlakuan tindakan.
Menurut Riduwan (2011: 89), data tentang pencapaian minat belajar siswa dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Analisis data guna untuk mengetahui minat belajar siswa, sesuai dengan kriteria keberhasilan tindakan dapat ditentukan pada tabel 4 berikut:
Tabel 4. Interval dan Kategori Minat Belajar Siswa
Persentase Interval | Kategori |
85% ≤ PM ≤ 100% 70% ≤ PM ≤ 84,99% 55% ≤ PM ≤ 69,99% 40% ≤ PM ≤ 54,99% ≤ 39,99 % | Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah |
Sumber: Dimodifikasi oleh peneliti dari Riduwan (2011: 89)
Dalam hal ini penliti menentukan taraf keberhasilan tindakan jika angka persentase meningkat dari sebelum tindakan hingga sesudah tindakan.
6.2.2. Teknik Analisis Data Deskriptif Hasil Belajar Siswa
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Pengolahan data dengan teknis analisis deskriptif ini dilakukan untuk mendeskripsikan dan mengetahui hasil belajar siswa setelah penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing. Menurut Elfis (2010c), analisis deskriptif data pencapaian hasil belajar siswa dilakukan dengan melihat a) daya serap siswa, b) ketuntasan individu, c) ketuntasan klasikal.
a) Daya serap
Untuk menentukan daya serap digunakan rumus sebagai berikut:
Untuk mengetahui daya serap siswa dari hasil belajar, dikelompokkan dengan menggunakan kriteria seperti pada Tabel 5 berikut:
Tabel 5. Interval dan Kategori Daya Serap Siswa
Interval | Kategori |
91–100 | Sangat Baik |
83–90 | Baik |
75–82 | Cukup |
67–74 | Kurang |
≤ 66 | Kurang Sekali |
Sumber: Dimodifikasi sesuai dengan KKM sekolah SMPN 34 Pekanbaru ≥ 75.
b) Ketuntasan individu siswa
Seorang siswa dikatakan tuntas dalam belajar apabila mencapai daya serap minimal dari KKM yang diterapkan oleh sekolah. Di SMPN 34 Pekanbaru, nilai KKM ditetapkan yaitu ≥ 75. Ketuntasan individu siswa dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Keterangan:
KI : Presentase Ketuntasan Individu
SI : Skor Individu
SMS : Skor Maksimal Soal
b) Ketuntasan klasikal
Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas dalam Elfis (2010d), suatu kelas dinyatakan tuntas apabila sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa telah tuntas. Ketuntasan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
KK = Presentase Ketuntasan Klasikal
JST = Jumlah siswa yang tuntas dalam kelas perlakuan (tolak ukur KKM)
JS = Jumlah seluruh siswa dalam kelas perlakuan
F. DAFTAR PUSATAKA
Arikunto, Suharsimi dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara
Aritonang. Keke T. 2008. Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Penabur. 10 (7): 11-21.
Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Elfis. 2010. Konstruktivistik dalam Pembelajaran biologi. Availabel at: http://elfisuir.blogspot.com/2010/01/konstruktivistik-dalam-pembelajaran.html (Diakses 11 Mei 2013).
Elfis. 2010a. Desain penelitian Tindakan Kelas. Availabel at: http://elfisuir.blogspot.com/2010/05/disain-ptk.html.(Diakses 15 Mei 2013).
Elfis. 2010b. Teknik Penilaian Hasil Belajar Siswa Availabel at: http://elfisuir.blogspot.com/2010/07/teknik-penilaian-hasil-belajar-siswa-1.html?view=classic. (Diakses 15 Mei 2013).
Elfis, 2010c. Teknik Analisis Data. Availabel at: http://elfisuir.blogspot.com/2010/03/teknik-analisis-data.html. (Diakses: 15 Mei 2013).
Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Aksara. Jakarta.
Hariyanto. 2012. Pengertian Pendidikan Menurut Ahli. Availabel at: http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/. (Diakses 8 Juli 2013)
Herdian. 2010. Model pembelajaran Inkuiri. Availabel at: http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/model-pembelajaran-inkuiri/. (Diakses 10 Maret 2013)
Herniati, Liza. 2010. Penerapan Metode Penemuan Terbimbing Dalam Pembelajaran Koperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Minat Belajar Matematika Siswa Kelas VIII4 SMP Negeri 12 Pekanbaru. Skripsi Pendidikan Matematika-FKIP. Universitas Islam Riau. Pekanbaru.
Kaniawati, I. 2010. Peningkatan Profesionalisme Guru Melalui Lesson Study. (online). http://cissl.scils.rutgers.edu/guided_inkuiry/introduction.html. (Diakses 10 Maret 2013).
Kunandar,2011. Guru Profesional. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.
|
Nizamudishamazia’s. 2012. Paradigma Belajar IPA. Availabel at: http:// nizamudishamazia’s. wordpress.com/paradigma-belajar- ipa-biologi/. (Diakses 23 Maret 2013).
Riduwan. 2011. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung : Alfabeta
Sadiman, S, dkk. 2012. Media Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Sanjaya, Wina. 2010a. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sanjaya, Wina. 2010b. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sardiman. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Silalahi, Hotriama 2012. Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar IPA Biologi Siswa Kelas VII6 SMPN 25 Pekanbaru Tahun Ajaran 2011/2012.. Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi–FKIP UIR. Pekanbaru.
Syarifah, Hindun. 2012. Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) dengan Menggunakan Handout untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII4 di SMPN 17 Pekanbaru Tahun Ajaran 2011/201. Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi–FKIP UIR. Pekanbaru.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sudjana, Nana. 2011. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Suprijono, Agus. 2013. Cooperatif Learning.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Trianto. 2012. Model-model Pembelajaran Terpadau. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Trianto. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
Wena, M. 2012. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. PT Bumi Aksara: Jakarta Timur.
assalamualaikum, maaf mengganggu, boleh saya minta alamat link jurnalnya hindun syarifah?
ReplyDelete