MAKALAH BIOTEKNOLOGI
BIOTEKNOLOGI -FERMENTASI
DOSEN PEMBIMBING : Nurkhairo
Hidayati, S. Pd., M. Pd
Kelompok 2 :
KELAS 6A
|
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2013
BAB I
PENDAULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Fermentasi dapat
digolongkan kedalam salah satu bioteknologi dalam bidang pangan. Pengolahan
makanan dan bahan makanan mealui bioteknologi menghasilkan aneka macam pangan
dan bahan pangan hasil fermentasi yang digunakan secara luas.
Arti kata
fermentasi selama ini berubah-ubah. Kata fermentasi berasal dari Bahasa Latin
“fervere” yang berarti merebus (to boil). Arti kata dari Bahasa Latin tersebut
dapat dikaitkan dengan kondisi cairan bergelembung atau mendidih. Keadaan ini
disebabkan adanya aktivitas ragi pada ekstraksi buah-buahan atau biji-bijian.
Gelembung-gelembung karbondioksida dihasilkan dari katabolisme anaerobik
terhadap kandungan gula.
Perkembangan
fermentasi diawali saat Pasteur
melakukan penelitian mengenai penyebab perubahan sifat bahan yang
difermentasi,sehingga dihubungkan dengan mikroorganisme dan akhirnya dengan
enzim. Dan dilanjutkan oleh , Eduard Buchner, pemenang Nobel Kimia tahun
1907,menunjukkan
bahwa fermentasi dapat berlangsung dalam larutan gula dengan menggunakan cairan
yang diekstraksi dari sel – sel khamir yang telah mati.
Meskipun
fermentasi sering dihubungkan dengan pembentukan gas yang disebabkan oleh
mikroorganisme yang hidup, pada saat ini pembentukan gas maupun terdapatnya sel
mikroorganisme hidup tidak merupakan kriteria yang esensial. Dalam beberapa
proses fermentasi misalnya fermentasi asam laktat, tidak ada gas yang
dibebaskan. Fermentasi dapat juga berlangsung (meskipun jarang terjadi) dengan
menggunakan ekstrak enzim yang berfungsi sebagai katalisator reaksi.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana sifat – sifat dari fermentasi
?
2.
Bagaimana prinsip kultivasi mikroba
dalam sistem cair?
3.
Bagaimana desain bioreactor ?
4.
Sebutkan dan jelasakan instrument dan
pengendalian proses bioreactor ?
5.
Bagaimana fermentasi substrat padat ?
1.3 Tujuan
Adapun
tujuan pembuataan makalah ini yaitu :
1.
Menjelasakan sifat fermentasi
2.
Menjelasakan prinsip kultivasi mikroba
dalam sistem cair.
3.
Menjelaskan desain bioreactor.
4.
Menjelaskan instrument dan pengendalian
proses bioreactor.
5.
Menjelaskan fermentasi substrat padat.
BAB
II
ISI
2.1 Pengertian Fermentasi
Fermentasi
merupakan suatu cara untuk mengubah substrat menjadi produk tertentu yang
dikehendaki dengan menggunakan bantuan mikroba. Produk-produk tersebut biasanya
dimanfatkan sebagai minuman atau makanan. Fermentasi suatu cara telah dikenal
dan digunakan sejak lama sejak jaman kuno. Sebagai suatu proses fermentasi
memerlukan:
·
Mikroba sebagai inokulum
·
Tempat (wadah) untuk menjamin proses
fermentasi berlangsung dengan optimal.
·
Substrat sebagai tempat tumbuh (medium)
dan sumber nutrisi bagi mikroba.
Gambar 1: Skema Proses Fermentasi
Fermentasi adalah proses
produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum,
fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi,
terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam
lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal.
Gula adalah
bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi
beberapa komponen lain dapat juga dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan aseton. Ragi dikenal
sebagai bahan yang umum digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman
beralkohol lainnya. Respirasi anaerobik dalam otot mamalia selama kerja
yang keras (yang tidak memiliki akseptor elektron eksternal), dapat
dikategorikan sebagai bentuk fermentasi yang mengasilkan asam laktat sebagai
produk sampingannya. Akumulasi asam laktat inilah yang berperan dalam menyebabkan
rasa kelelahan pada otot.
Hasil akhir dari fermentasi
dibedakan menjadi fermentasi asam laktat/ asam susu dan fermentasi alcohol.
a. Fermentasi Asam Laktat
Yaitu
fermentasi yang hasil akhirnya berupa asam laktat. Peristiwa ini dapat terjadi
diotot dalam kondisi anaerob. Reaksi Kimia
C6H12O6 enzim 2C2H5OCOOH + Energi
b.
Fermentasi alcohol
Merupakan
suatu reaksi pengubahan glukosa menjadi etanol (etil alkohol) dan
karbondioksida. Organisme yang berperan yaitu Saccharomyces cerevisiae (ragi)
untuk pembuatan tape, roti atau minuman keras. Reaksi Kimia:
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 + 2 NADH2 +
Energi
c.
Fermentasi asam cuka
Merupakan
suatu contoh fermentasi yang berlangsung dalam keadaan aerob. Fermentasi ini
dilakukan oleh bakteri asam cuka (acetobacter aceti) dengan substrat etanol.
Energi yang dihasilkan 5 kali lebih besar dari energi yang dihasilkan oleh
fermentasi alkohol secara anaerob. Reaksi Kimia :
CH12O6 Ã 2C2H5OH -Ã 2CH3COOH +H2O+116 kkal
Fermentasi dapat dilakukan
menggunakan kultur murni ataupun alami serta dengan kultur tunggal ataupun
kultur campuran. Fermentasi menggunakan kultur alami umumnya dilakukan pada
proses fermentasi tradisional yang memanfaatkan mikroorganisme yang ada di
lingkungan. Salah satu contoh produk pangan yang dihasilkan dengan fermentasi
alami adalah gatot dan growol yang dibuat dari singkong. Tape merupakan produk
fermentasi tradisional yang diinokulasi dengan kultur campuran dengan jumlah
dan jenis yang tidak diketahui sehingga hasilnya sering tidak stabil. Ragi tape
yang bagus harus dikembangkan dari kultur murni.
Gambar 2.
Produk dari hasil fermentasi kultur murni dan kultur campuran
Sumber :
http://www.dreamstime.com/peuyeum-thumb6980602.jpg
Kultur murni adalah mikroorganisme
yang akan digunakan dalam fermentasi dengan sifat-dan karaktersitik yang
diketahui dengan pasti sehingga produk yang dihasilkan memiliki stabilitas
kualitas yang jelas. Dalam proses fermentasi kultur murni dapat digunakan
secara tunggal ataupun secara campuran. Contoh penggunaan kultur murni tunggal
adalah Lactobacillus casei pada fermentasi susu sedang contoh campuran
kultur murni adalah pada fermentasi kecap, yang menggunakan Aspergillus
oryzae pada saat fermentasi kapang dan saat fermentasi garam digunakan
bakteri Pediococcus sp dan khamir Saccharomyces rouxii.
2.2 Sejarah Fermentasi
Fermentasi berasal dari bahasa latin ferfere yang artinya mendidihkan, yaitu berdasarkan
ilmu kimia terbentuknya gas – gas dari suatu cairan kimia yang pengertiannya
berbeda dengan air mendidih. Gas yang terbentuk tersebut diantaranya
karbondioksida (CO2).
Penemuan cara
fermentasi ini diawali dengan pembuatan bir sekitar 6000 tahun sebelum masehi.
Selain itu pembuatan roti dengan bantuan khamir
atau ragi sekira 4000 tahun sebelum masehi (SM). Pembuatan produk fermentasi
kecap dan tauco di Cina sejak 722 SM. Kira – kira abad ke -17 mulai berkembang
fermentasi anggur dengan menggunakan bakteri Acetobacter menghasilkan asam asetat (asam cuka).
Gambar3.
Penemuan – penemuan awal dalam fermentasi
Sumber:
http://crumblycookie.files.wordpress.com/2008/11/copy-of-img_4391.jpg
Kemudian di
tahun 1817, mulai diperoduksi enzim dari tumbuhan dan jaringan hewan yang dapat
memecah zat pati menjadi gula maltose (diastase). Lalu tahun 1860, di temukan
suatu enzim dari khamir dapat memecahkan sukrosa menjad glukosa dan fruktosa. Akhirnya banyak penelitian yang
dilakukan para ahli dan melahirkan istilah baru dari fermentasi yaitu reaksi
oksidasi – reduksi, di mana zat yang (pemberian electron) maupun zat yang
direduksi (penerima electron) adalah zat organic dengan melibatkan
mikroorganisme.
Penjelasan
yang bersifat ilmiah, pertama kali diajukan oleh Ahli Kimia Perancis, Louis Pasteur adalah seorang
zymologist pertama ketika di tahun 1857 mengkaitkan ragi dengan
fermentasi. Ia mendefinisikan fermentasi sebagai "respirasi (pernapasan)
tanpa udara".
Pasteur
melakukan penelitian secara hati-hati dan menyimpulkan, "Saya berpendapat bahwa fermentasi alkohol
tidak terjadi tanpa adanya organisasi, pertumbuhan dan multiplikasi sel-sel
secara simultan..... Jika ditanya, bagaimana proses kimia hingga mengakibatkan
dekomposisi dari gula tersebut... Saya benar-benar tidak tahu".
Gambar 4.LouisPasteur
Sumber:http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/3/31/Louis_Pasteur_by_Pierre_Lamy_Petit.jpg
Penjelasan
Pasteur tersebut disempurnakan oleh Ahli kimia Jerman, Eduard
Buchner, pemenang Nobel Kimia tahun
1907,menunjukkan
bahwa fermentasi dapat berlangsung dalam larutan gula dengan menggunakan cairan
yang diekstraksi dari sel – sel khamir yang telah mati. Kemudian diketahui
bahwa cairan tersebut menggunakan suatu substansi aktif yang mampu memecahkan
molekul gula dan diberi ferment, enzim atau zymase. Teori yang menerangkan
aktifitas enzim mikrobial dalam Fermentasi disusun setelah penemuan energi yang
digunakan oleh sel – sel khamir dalam keadaan tanpa oksigen.
Gambar 5. Eduard Buchner
Sumber:http://www.unituebingen.de/ziegler/history/eduard_buchner/eduard_buchner.jpg
Selanjutnya penelitian yang
dilakukan ilmuan Carlsberg (sebuah perusahaan bir) di Denmark semakin
meningkatkan pengetahuan tentang ragi dan brewing (cara pembuatan bir).
Ilmuan Carlsberg tersebut dianggap sebagai pendorong dari berkembangnya biologi molekular
2.3
Sifat Fermentasi
Fermentasi terbagi dua
tipe berdasarkan tipe kebutuhan akan
oksigen yaitu tipe aerobic dan anaerobic.
2.3.1
Tipe Fermentasi Aerobik
Adalah
fermentasi yang pada prosesnya memerlukan oksigen. Semua organisme untuk
hidupnya memerlukan sumber energi yang diperoleh dari hasil metabolisme bahan
pangan, dimana organism itu berada.
Mikroorganisme adalah organisme yang
memerlukan energi tersebut. Bahan energi yang paling banyak digunakan
mikroorganisme untuk tumbuh adalah glukosa. Dengan adanya oksigen maka
mikroorganisme dapat mencerna glukosa menghasilkan air , karbondioksida, dan
sejumlah besar energi.
2.3.2
Tipe Fermentasi Anaerobik
Adalah fermentasi yang pada
prosesnya tidak memerlukan oksigen. Beberapa mikroorganisme dapat mencerna
bahan energinya tanpa adanya oksigen jadi hanya sebagian bahan energi itu
dipecah, yang dihasilkan adalah sebagian dari energi, karbondioksida dan air ,
termasuk sejumlah asam laktat , asetat, etanol, asam volatile,alcohol,
dan ester.
Pada tipe – tipe tersebut harus
diperhatikan perubahan secara mikrobiologi dalam makanan dimana mikroba
bersifat fermentatatif dapat mengubah karbohidrat dan turunannya menjadi
alcohol, asam, dan karbondioksida, disusul dengan mikroba proteolitik dapat
memecah protein dan komponen nitriogen kimia, sehingga menghasilkan bau busuk
yang tidak diinginkan. Sedangkan mikroba lipolotik akan menghidrolisa lemak ,
fosfolipid, dan turunannya dengan menghasilakan bau tengik. Bila alcohol dan
asam yang dihasilkan mikroba cukup tinggi, maka pertumbuhan mikroba proteolitik
dan lipolitik dapat dihambat . adi pada prinsipnya fermentasi adalah
menumbuhkan pertumbuhan mikroba pembentukan alcohol dan asam, dan menekan
pertumbuhan mikroba proteolitik dan lipolitik.
Pada fermentasi
anaerob, zat-zat organik dikatabolisme tanpa kehadiran oksigen yang berarti
tidak adanya akseptor elektron eksternal melainkan melalui keseimbangan reaksi
oksidasi-reduksi internal. Produk dihasilkan selama proses penerimaan elektron
yang dilepaskan saat pemecahan zar-zat organik. Oleh karenanya zat-zat organik
tersebut berperan sebagai akseptor dan donor elektron. Pada fermentasi,
substrat hanya dioksidasi sebagian dan oleh karena itu hanya sedikit energi
yang bisa dihasilkan. Glukosa sebagai substrat akan melepaskan elektron saat
dirubah menjadi piruvat, namun elektron tersebut kemudian akan diambil piruvat
untuk menjadi etanol
Organisme anaerobik fermentatif
biasanya menggunakan jalur fermentasi asam laktat:
C6H12O6 + 2 ADP + 2 fosfat → 2
asam laktat + 2 ATP
Energi yang dilepaskan pada
persamaan ini sekitar 150 kJ per mol, yang disimpan dalam regenerasi dua ATP
dari ADP per glukosa. Ini hanya 5% energi per molekul gula daripada yang dapat
dihasilkan oleh reaksi aerobik. Tumbuhan dan jamur (contohnya ragi) biasanya
melakukan fermentasi alkohol (etanol) ketika oksigen terbatas melalui reaksi
berikut:
C6H12O6 + 2 ADP + 2 fosfat → 2
C2H5OH + 2 CO2 + 2 ATP
Energi yang dilepaskan sekitar 180 kJ per mol, yang disimpan dalam regenerasi dua ATP dari ADP per glukosa
Energi yang dilepaskan sekitar 180 kJ per mol, yang disimpan dalam regenerasi dua ATP dari ADP per glukosa
Gambar 6. Reaksi Asam Laktat
Sumber :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSrenm7GfXc8htvVzb-1ocdNAgmEBlY83SHcRxyRvWyTqXQSKPhi6wO9HpdBPIHyTKX_vbyf1hpIy5Fqd_KHW8VP5meWMaB1oppfsNjr7LFObS08fpU3iuZ1RRWO8vIhedEFgMxMxjsu0/s320/Slide2.JPG
2.3.3 Sumber energi dalam kondisi anaerobik
Fermentasi
diperkirakan menjadi cara untuk menghasilkan energi pada organisme purba
sebelum oksigen berada pada konsentrasi tinggi di atmosfer seperti saat ini,
sehingga fermentasi merupakan bentuk purba dari produksi energi sel.
Produk fermentasi
mengandung energi kimia yang tidak teroksidasi penuh tetapi tidak dapat
mengalami metabolisme lebih jauh tanpa oksigen atau akseptor elektron lainnya
(yang lebih highly-oxidized) sehingga cenderung dianggap produk sampah
(buangan). Konsekwensinya adalah bahwa produksi ATP dari fermentasi menjadi
kurang effisien dibandingkan oxidative phosphorylation, di mana pirufat
teroksidasi penuh menjadi karbon dioksida. Fermentasi menghasilkan dua molekul
ATP per molekul glukosa bila dibandingkan dengan 36 ATP yang dihasilkan respirasi aerobik.
"Glikolisis
aerobik" adalah metode yang dilakukan oleh sel otot untuk memproduksi
energi intensitas rendah selama periode di mana oksigen berlimpah. Pada keadaan
rendah oksigen, makhluk bertulang belakang (vertebrata) menggunakan
"glikolisis anaerobik" yang lebih cepat tetapi kurang efisisen untuk
menghasilkan ATP. Kecepatan menghasilkan ATP-nya 100 kali lebih cepat daripada oxidative
phosphorylation. Walaupun fermentasi sangat membantu dalam waktu pendek dan
intensitas tinggi untuk bekerja, ia tidak dapat bertahan dalam jangka waktu
lama pada organisme aerobik yang kompleks. Sebagai contoh, pada manusia,
fermentasi asam laktat hanya mampu menyediakan energi selama 30 detik hingga 2
menit.
Tahap akhir
dari fermentasi adalah konversi piruvat ke produk
fermentasi akhir. Tahap ini tidak menghasilkan energi tetapi sangat penting
bagi sel anaerobik karena tahap ini meregenerasi nicotinamide adenine
dinucleotide (NAD+), yang diperlukan untuk glikolisis. Ia
diperlukan untuk fungsi sel normal karena glikolisis merupakan satu-satunya sumber
ATP dalam kondisi anaerobik.
2.4
Prinsip Kultivasi Mikroba Dalam
Sistem Cair
Mikroba berada
dalam cairan yang mengandung nutrien sebagai substrat untuk tumbuh dan
berkembang bercampur dengan produk-produk yang dihasilkan termasuk limbah. Yang
dimaksud dengan mikroba secara
umum, merupakan organisme yang sangat sederhana. Umumnya bakteri, protozoa, dan
beberapa alga serta fungi mikroskopik merupakan mikroba bersel tunggal.
Gambar 7. Saccharomyces sp,salah satu mikroba yang berperan
dalam fermentasi
Nutrien dan
oksigen yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal mikroba harus tercampur
merata (homogen) pada semua bagian fermenter. Untuk mendapatkan sistem
fermentasi yang optimum, maka fermenter harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Terbebas
dari kontaminan
2.
Volume kultur relatif konstan (tidak
bocor atau menguap)
3.
Kadar oksigen terlarut harus memenuhi
standar.
4. Kondisi lingkungan seperti: suhu, pH harus
terkontrol. Stirred tank reactor system model yang banyak dipakai.
1) Sterilisasi
Bahan atau
peralatan yang dipergunakan kultivasi mikrobiologi harus dalam keadaan steril
artinya bahan atau peralatan tersebut bebas dari mikroba. Baik yang akan
mengganggu media atau menganggu kehidupan dan proses yang sedang dikerjakan.
Sterilisasi
yang umum dilakukan adalah :
a)
Sterilisasi secara fisik
Dengan
menggunakan udara panas atau uap air panas dengan tekanan tinggi. Misalnya
dengan penggunaan autoklap dengan temperatur 121˚C dengan tekanan 15 lbs. Waktu
yang diperlukan tergantung banyak sedikitnya bahan atau medium yang
disterilkan, umumnya berkisar antara 15 sampai 20 menit.
b)
Sterilisasi secara kimia
Senyawa
kimia yang banyak digunakan adalah larutan CuSO4, AgNO3, HgCI2, dan ZnO serta
alkohol dengan kadar antara 50 – 75% karena cepat menyebabkan koagulasi protein
mikroba. Larutan garam seperti NaCI (9%), KCI (11%) dan KNO3 (10%) dapat
digunakan karena tekanan osmotiknya yaitu dehidrasi protein pada substrat.
Sedang asam kuat dan basa kuat dapat digunakan karena dapat menghidrolisis isi
sel mikroba. Larutan KmnO4 (10%) dan HCI (1,1%) dapat mengoksidasi substrat.
Sedang larutan CuSO4 digunakan untuk algisida. Khlor dan senyawa khlor
digunakan sebagai desinfektan terutama pada tempat penyimpanan air. Juga
larutan formalin atau formaldehida dengan kadar antara 4 -20%.
2) Nutrisi yang diperlukan mikroba
Mikroba
memerlukan nutrien sebagai sumber materi dan energy untuk menyusun komponen sel
seperti genom, membrane plasma dan dinding sel. Bentuk nutrient yang diperlukan
bermacam-macam, tergantung jenis mikrobanya, misalnya kebutuhan karbon untuk
jasad fotoautotrof dalam bentuk CO2, sedangkan bagi jasad
kemoorganotrof dalam bentuk bahan organic. Dengan mengetahuia keperluan
nutrien mikroba para ilmuwan dapat melakukan penelitian untuk menentukan
peranan mikroba di alam dan kegunaannya dalam kehidupan manusia.
3)
Kondisi fisik yang diperlukan untuk pertumbuhan
Selain
menyediakan nutrisi yang sesuai untuk kultivasi bakteri, juga perlu disediakan
kondisi fisik yang memungkinkan pertumbuhan optimum. Mikroba tidak hanya
bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi menunjukan respon yang berbeda
terhadap kondisi fisik di lingkungannya. Untuk berhasilnya kultivasi mikroba
diperlukan suatu kombinasi nutrisi serta lingkungan fisik yang sesuai. Ada 5
parameter lingkungan yang utama yang perlu diperhatikan dalam menumbuhkan
mikroba yaitu temperature, kelembaban (RH), kadar oksigen, pH dan osmosis
·
Temperatur
Karena semua proses pertumbuhan
bergantung pada reaksi kimiawi dan karena laju reaksi-reaksi ini dipengaruhi
oleh temperatur, maka pola pertumbuhan mikroba sangat dipengaruhi oleh
temperatur. Temperature juga me pengaruhi laju pertumbuhan dan penambahan
jumlah sel. Keragaman suhu dapat juga mengubah proses-proses metabolic serta
morfologi sel.
Setiap mikroba tumbuh pada suatu
kisaran suhu tertentu. Atas dasar ini maka mikroba ada yang bersifat
- Psikrofilik yang tumbuh pada 00
dampai 200 C,
- Mesofilik yang tumbuh pada 200 sampai 450 C dan
- Termofilik yang tumbuh pada
temperature 450 sampai 800 C.
Temperatur inkubasi yang
memungkinkan pertumbuhan tercepat selama periode waktu yang singkat (12 sampai
24 jam) dikenal sebagai temperatur pertumbuhan optimum.
·
Kondisi
atmosfer seperti kadar oksigen, RH dan tekanan udara
Mikroba memperlihatkan keragaman
yang luas dalam hal respons terhadap oksigen bebas dan atas dasar ini maka
mikroba dibagi menjadi empat yaitu aerobik (memerlukan oksigen), anaerobik
(tumbuh tanpa oksigen molekuler), anaerobic fakultatif (tumbuh pada keadaan
aerobic dan anaerobik), dan mikroaerofilik (tumbuh bila ada sedikit oksigen
atmosferik).
Beberapa mikroba bersifat anaerobik obligat,
bila terkena oksigen akan terbunuh, oleh karena itu untuk menumbuhkan mikroba
anaerobic diperlukan teknik khusus agar tercapai keadaan anaerob. Keperluan
penumbuhan jasad anaerob obligat dapat dipenuhi dengan menggunakan alat yang
disebut anaerobic jar.
·
Konsentrasi
ion hydrogen (pH)
pH optimum bagi kebanyakan mikroba
terletak antara 6.5 sampai 7,5. Bagi kebanyakan mikroba pH minimum dan maksimum
antara 4 sampai 9. Pertumbuhan mikroba sangat dipengaruhi oleh pH karena nilai
pH sangat menentukan aktivitas enzim. Bila mikoba di kultivasi di dalam suatu medium
yang mula-mula pH-nya 7 maka kemungkinan pH ini akan berubah. Pergeseran pH ini
dapat sedemikian besar sehingga menghambat pertumbuhan.
Pergeseran pH dapat dicegah dengan
menggunakan larutan penyangga atau bufer dalam medium. Bufer merupakan senyawa
yang dapat menahan perubahan pH misalnya KH2PO4 dan K2HPO4. Beberapa bahan
nutrisi medium seperti pepton mempunyai kapasitas bufer. Perlu atau tidaknya
suatu medium diberi bufer tergantung kepada maksud penggunaannya dan dibatasi
oleh kapasitas bufer yang dimiliki senyawa-senyawa yang digunakan.
·
Tekanan
osmosis
Tekanan osmosis adalah besarnya
tekanan minimum yang diperlukan untuk mencegah aliran air yang menyebrangi
membran di dalam larutan. Contohnya : jika larutan 10 % sukrosa di dalam
kantong membran dialysis diletakkan dalam air dalam gelas maka molekul air yang
ada dalam gelas akan mengalir ke dalam kantong analisis. Besarnya tekanan yang
diperlukan untuk mencegah aliran molekul air dalam gelas ke dalam kantong
dialisis merupakan nilai tekanan osmosis larutan sukrosa tersebut.
Berdasarkan tekanan osmosanya maka
larutan tempat pertumbuhan mikroba dapat digolongkan atas larutan hipotonis,
isotonis dan larutan hipertonois. Mikroba biasanya hidup di lingkungan yang
bersifat agak hipotonis sehingga air akan mengalir dari lingkungannya ke dalam
sel sehingga sel menjadi mengembang kaku. Adanya dinding sel dapat mencegah
pecahnya sel mikroba.
4) Media pertumbuhan
Untuk menum buhkan dan mengembangbiakkan mikroba, diperlukan
suatu substrat yang disebut media. Keragaman
yang luas dalam hal tipe nutrisi di antara mikroba diimbangi oleh
tersedianya berbagai media yang banyak
macamnya untuk kultivasi. Agar mikroba dapat tumbuh dan berkembang dengan baik
di dalam media, diperlukan persyaratan tertentu,yaitu:
a. Media mengandung semua unsur hara
yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan mikroba.
b. Media mempunyai tekanan osmosa
, dan PH yang sesuai untuk mikroba.
c. Media harus dalam keadaan steril
Bentuk, susunan, dan sifat media
·
Bentuk
media
Bentuk media ditentukan oleh ada
tidak adanya penambahan zat pemadat seperti agar, gelatin. Berdasarkan bentuk
dikenal tiga jenis media yaitu media padat, cair dan semi padat.
Media cair yaitu media berbentuk cair yang tidak
mengandung agar, misalnya nutrien broth. Umumnya media cair digunakan untuk
menambah biomassa sel . Kalau ke dalam media tidak ditambahkan zat pemadat.
Media cair dipergunakan untuk penumbuhan bakteri, ragi dan mikroalga.
Biasanya
pada teknologi fermentasi, medium atau substrat digunakan bahan dasar yang
mengandung karbon. Oleh karena itu, kebanyakan berasal dari tumbuhan dan
sedikit dari produk hewani. Sebagai contoh; biji-bijian (grain), susu
(milk). Natural raw material berasal dari hasil pertanian dan
hutan.Karbohidrat; gula, pati (tepung), selulosa, hemiselulosa, dan lignin.
Gambar 8. Contoh Media Cair dalam
Kultivasi Mikroba
Sumber : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVI5rMOlpcDB48ShvFaFkix-Ps9tNgSm2y7MQB0LY80z8MGOZzkUE0RlaSd1xS81SRds7-Fs3WjoN1-f0Db_9-afWnLjfF3RMAq0d9rHt7E3r7LMLHGwYMt96iV5iF8kIwT_Icqm4bNl2a/s320/spm_a0889.jpg
Seperti yang
telah dijelaskan di atas, secara umum mikroba dapat ditumbuhkan dengan
menggunakan medium padat atau medium cair. Banyak produk pangan yang dibuat
dengan menggunakan mikroba biasanya dipergunakan untuk tempe, tape, oncom dan
berbagai jamur untuk konsumsi. Sebaliknya, banyak pula produk mikrobia yang
hanya dapat dihasilkan dan dipanen dengan cara menumbuhkan pada medium cair,
misal antibiotik, etanol, asam-asam amino. Kultivasi mikroba dapat dilakukan
dengan dua macam teknik meliputi kultur batch (kultur tertutup) dan kultur
kontinyu (sinambung).
·
Sistem fermenter tertutup dan
terbuka
1. Tertutup,
semua nutrien ditambahkan pada awal fermentasi dan pada akhir fermenetasi
dikeluarkan bersama produknya. Sebagai contoh: pembuatan bir
(brewing),
antibiotik, dan enzym.
2. Terbuka,
secara kontinyu (terus menerus) terjadi pemasukan medium kultur dan
pengeluaran
medium bersama produk. Dalam kultivasi mikroba menggunakan teknik kultur
kontinyu/sinambung, mikroba ditumbuhkan secara terus menerus pada fase paling
optimum untuk fase pertumbuhan yaitu fase eksponensial dimana sel membelah diri
dengan laju yang konstan, massa menjadi dua kali lipat mengikuti kurva
logaritmik. Hal ini dilakukan dengan memberi nutrisi secara terus menerus
sehingga mikroba tidak pernah kekurangan nutrisi. Sebagai
contoh: SCP (petrokimia).
Tipe Fermenter
ada 2: septis dan aseptis.
Fermenter
berdasarkan tipenya dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:
1. Septis untuk
pembuatan pengembang roti, bir (brewing).
2. Aseptis untuk
memproduksi fine porduct seperti: antibiotik, asam amino,
polisakarida dan
single cell protein (SCP).
Skala fermenter
Fermenter
berdasarkan skala produksinya dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:
1. Skala kecil (small
scale); untuk industri rumah tangga (home industri).
2. Skala besar (large
scale); untuk industri skala besar (petrokimia industri).
Masalah utama
fermenter untuk produksi skala besar adalah pemerataan medium
kultur dalam
fermenter. Harus homogen artinya medium kultur harus tercampur merata.
2.5 Desain Bioreactor
2.5.1
Pengertian bioreactor
Bioreaktor atau dikenal juga dengan nama fermentor
adalah sebuah peralatan
atau sistem
yang mampu menyediakan sebuah lingkungan
biologis yang dapat menunjang
terjadinya reaksi
biokimia
dari bahan mentah
menjadi bahan yang dikehendaki. Reaksi biokimia
yang terjadi di dalam bioreaktor melibatkan organisme atau komponen biokimia
aktif (enzim)
yang berasal dari organisme tertentu, baik secara aerobik
maupun anaerobik.
Sementara itu, agensia biologis yang digunakan dapat berada dalam keadaan tersuspensi
atau terimobilisasi.Contoh
reaktor yang menggunakan agensia terimobilisasi adalah bioreaktor dengan unggun
atau bioreaktor membran.
Gambar
9. Bioreaktor
Sumber
: http://en.wikipedia.org/wiki/Bioreactor
2.5.2.
Instrument Bioreactor
Komponen utama
bioreaktor terdiri atas tangki,
sparger,
impeller,
saringan
halus atau baffle
dan sensor
untuk mengontrol parameter.
a) Tanki
berfungsi untuk menampung campuran substrat, sel mikroorganisme, serta produk.
Volume tanki skala laboratorium berkisar antara 1 – 30 L, sedangkan untuk skala
industri dapat mencapai lebih dari 1 000 L.
b) Sparger terletak di bagian bawah bioreaktor
dan berperan untuk memompa udara,
dan mencegah pembentukan gelembung
oksigen.
c) Impeller
berperan dalam agitasi
dengan mengaduk campuran substrat dan sel. Impeller digerakkan oleh rotor.
d) Baffle
juga berperan untuk mencegah terjadinya efek pusaran
air akibat agitasi yang dapat mengganggu agitasi yang seharusnya.
e) Sensor
berperan untuk mengontrol lingkungan dalam bioreaktor.[4]
Kontrol fisika meliputi sensor suhu,
tekanan,
agitasi, foam,
dan kecepatan aliran. Sedangkan, kontrol kimia meliputi sensor pH,
kadar oksigen, dan perubahan komposisimedium.
Bioreaktor
biasanya terbuat dari bahan stainless steel karena bahan tersebut tidak
bereaksi dengan bahan-bahan yang berada dalam bioreaktor sehingga tidak
menggangu proses biokimia
yang terjadi. Selain itu, bahan tersebut juga anti karat dan tahan
panas. Bioreaktor harus dapat menciptakan lingkungan yang optimum bagi mikroorganisme ataupun
reaksi yang diinginkan maka diperlukan pengontrolan.[4] Parameter
yang biasa dikontrol pada bioreaktor adalah suhu, pH, substrat (sumber karbon dan nitrogen), aerasi, dan agitasi.
Gambar 10. Struktur Bioreactor / Fermentor
Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Bioreactor
Perancangan bioreaktor adalah suatu pekerjaan teknik yang cukup
kompleks. Pada keadaan optimum, mikroorganisme atau enzim dapat melakukan
aktivitasnya dengan sangat baik. Keadaan yang memengaruhi kinerja agensia
biologis terutama temperatur dan pH. Untuk
bioreaktor dengan menggunakan mikroorganisme, kebutuhan untuk hidup seperti oksigen, nitrogen, fosfat, dan mineral lainnya
perlu diperhatikan. Pada bioreaktor yang agensia biologisnya berada dalam
keadaan tersuspensi, sistem pengadukan perlu diperhatikan agar cairan di dalam
bioreaktor tercampur merata (homogen). Seluruh parameter ini harus dimonitor
dan dijaga agar kinerja agensia biologis tetap optimum.
Untuk
bioreaktor skala laboratorium yang berukuran 1,5-2,5 L umumnya terbuat dari bahan
kaca atau borosilikat, namun
untuk skala industri, umunya digunakan bahan baja tahan karat (stainless
steel) yang tahan karat. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kontaminasi
senyawa metal pada saat
fermentasi terjadi di dalamnya. Bahan baja yang mengandung < 4% kromium
disebut juga baja ringan, sedangkan bila kadar kromium di dalamnya >4% maka
disebut stainless steel. Bioreaktor yang umum digunakan
terbuat dari bahan baja 316 yang
mengandung 18% kromium, 2-2,5% molibdenum, dan 10% nikel.
Gambar 11. Bioreaktor Skala laboratorium
Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Bioreactor
Bahan yang
dipilih harus bersifat non-toksik dan tahan terhadap sterilisasi berulang-ulang
menggunakan uap tekanan tinggi. Untuk mencegah kontaminasi, bagian atas
biorektor dapat ditambahkan dengan segel aseptis (aseptic
seal) yang terbuat dari campuran metal-kaca atau
metal-metal, seperti O-ring dan gasket.
Gambar12. Bioractor Skala Industri
Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Bioreactor
Untuk
meratakan media di dalam bioreaktor digunakan alat pengaduk yang disebut
agitator atau impeler. Sementara
itu, untuk asupan udara dari luar ke dalam sistem biorektor digunakan sistem aerasi yang berupa
sparger.Untuk bioreaktor aerob, biasanya
digunakan kombinasi sparger-agitator sehingga pertumbuhan mikrooganisme dapat
berlangsung dengan baik.
Pada bagian
dalam bioreaktor, dipasang suatu sekat yang
disebut baffle untuk mecegah vorteks dan
meningkatkan efisiensi aerasi. Baffle ini merupakan metal dengan ukuran
1/10 diameter bioreaktor dan menempel secara radial di dindingnya. Bagian lain yang harus dimiliki oleh suatu
bioreaktor adalah kondensor untuk
mengeluarkan hasil kondensasi saat terjadi sterilisasi dan filter (0,2 μm)
untuk menyaring udara yang masuk dan keluar tangki. Untuk proses inokulasi kultur,
pengambilan sampel, dan pemanenan, diperlukan adanya saluran khusus dan
pengambilannya harus dilakukan dengan hati-hati dan aseptis agar tidak terjadi
kontaminasi. Untuk menjaga kondisi dalam bioreaktor agar tetap terkontrol,
digunakan sensorpH, suhu, anti-buih,
dan oksigen terlarut
(DO).
Apabila
kondisi di dalam sel mengalami perubahan, sensor akan memperingatkan dan harus
dilakukan perlakuan tertentu untuk mempertahankan kondisi di dalam bioreaktor.
Misalkan terjadi perubahan pH maka harus ditambahkan larutan asam atau basa untuk
menjaga kestabilan pH. Penambahan zat ini dapat dilakukan secara manual namun
juga dapat dilakukan secara otomatis menggunakan bantuan pompa peristaltik.
Selain asam dan basa, pompa peristaltik juga
membantu penambahan anti-buih dan substrat ke dalam
bioreaktor.
2.5.3 Jenis-jenis Bioractor
Berdasarkan tingkat aseptis maka sistem bioreaktor
terbagi menjadi 2, yaitu :
·
bioreaktor sistem non aseptis (untuk pengolahan limbah) dan
Untuk bioreaktor sistem aseptis diperlukan sterilisasi
bioreaktor pada suhu dan tekanan yang tinggi. Sedangkan, berdasarkan pemberian substrat maka
sistem fermentasi dalam bioreaktor terbagi menjadi tiga, yaitu batch
fermentation, continuous batch fermentation, dan fed batch
fermentation. Pada batch fermentation, makanan hanya diberikan satu
kali saja kemudian produk dipanen. Pada continous batch fermentation,
makanan diberikan terus menerus.
Pada fed batch fermentation, makanan
diberikan kemudian produk dipanen, makanan yang baru diberikan sebelum makanan
pertama yang diberikan habis.[9]
Lalu, bila kita melihat sistem aerasinya, bioreaktor dibagi menjadi bioreaktor stirred
tank, bubble column, dan loop airlift. Prinsip stirred tank
bioreactor adalah menghasilkan aerasi dengan menggunakan agitasi mekanis, yaitu dengan impeller. Pada bubble column
bioreactor, udara dalam bentuk gelembung dimasukkan ke media melalui sparger untuk aerasi. Sedangkan,
pada loop airlift bioreactor, udara dan media disirkulasi bersamaan
melalui kolom yang dimasukkan ke dalam kolom lain.
2.6 Pengendalian Proses bioreactor /
Bioproses
Bioproses merupakan reaksi biokimiawi kompleks serta
fenomena perpindahan yang kompleks pula
. Sehingga penyebab pengendalian bioproses adalah :
1. Bioproses
jauh lebih kompleks
2. Kesulitan
untuk mengembangkan model yang realistis
3. Pengukuran
parameter kunci biokimiawi dan fisiologik sangat sulit. Organism yang memiliki
mekanisme regulasi intraseluler sehingga regulasi terjadi secara internal
Tujuan pengendalian
proses (bioproses) adalah memanupulasi peubah-peubah didalam sistem
pengendalian proses. Manupulasi ini berguna untuk ;
·
Mencapai keluaran pada suatu ketetapan
nilai yang diinginkan
·
Menstabilkan proses-proses yang tidak
stabil atau berpotensi tidak stabil , seperti operasi sinambung ( masalah
stabilisasi)
·
Mengoptimalisasi kerja yang telah
didefenisikan oleh pengukuran-pengukuran seperti rendemen, produktivitas, atau
keuntungan ( masalah optimasi).
Sistem pengendalian proses
ada empat peubah yaitu:
1. Peubah
yang dikontrol
2. Peubah
yang diganggu
3. Peubah
yang dimanupulasi, dan
4. Peubah
acuan
2.61 Pemantauan bioproses
Pemantauan
langsung (on-line) bioproses biasanya untuk mengukur parameter
fisikokimia seperti pH, O2, atau CO2 dalam bioreaktor. Hasil pengukuran langsung
diketahui setiap saatUntuk merancang pengendalian on line suatu
bioreaktor dapat dilakukan lebih efisien dengan menggunakan model. Dengan suatu
model, penduga yang memberi perubahan peubah-peubah keadaan, dimungkinkan untuk
mengembangkan suatu penduga (estimator). Dengan jumlah sensor yang lebih
sedikit dimungkinkan untuk memantau proses lebih rinci.
Pemantauan tidak
langsung (off-line) biasanya dilakukan untuk analisis biokimiawi.
Biasanya digunakan untuk mengevaluasi proses atau menganalisis akhir proses.
Sebagai contoh untuk mengukur substrat, metabolit, produk, atau biomassa dalam
bioreaktor. Dalam hal ini diperlukan pengambilan sampel dan perlu waktu untuk
menganalisisnya di laboratorium
Suatu sensor
terdiri bagian-bagian yang dirangkai dalam unit penterjemah
yang dapat
mengubah sinyal biokimiawi menjadi sinyal listrik dengan adanya daya
elektrokimia.
Penterjemah yang digunakan misalnya potensiometrik atau elektroda
amperometrik,
detektor optoelektronik, field effect transistor, termistor, dan sebagainya.
Cara penerapan
sensor tersebut bisa langsung atau secara tidak langsung:
• Sensor BOD
menggunakan elektroda oksigen
• Sensor CO2
menggunakan elektroda potensiometrik atau amperometrik
• Sensor aliran
udara menggunakan rotameter/flow meter
• Sensor
pengukur panas menggunakan termometer/termistor
• Sensor
pengendali busa
• Sensor
pengendali pH
• Sensor
pengukur oksigen
• Sensor enzim,
dan sebagainya
2.7 Fermentasi Substrat Padat
Fermentasi substrat padat berkaitan dengan pertumbuhan mikroorganisme pada
bahan padat dalam ketiadaan atau hampir ketiadaan air bebas. Tingkat lebih atas dari fermentasi
substrat padat (yaitu sebelum air bebas tampak) merupakan fungsi penyerapan
(absorbancy), dan dengan demikian kadar airnya pada gilirannya tergantung pada
jenis substrat yang digunakan. Aktivitas biologis menurun bila kandungan air
substrat sekitar 12%. Dan semakin mendekati nilai ini, aktivitas mikrobiologis
semakin tertahan.
Fermentasi
substrat padat tidak memperhatikan fermentasi slurry (yaitu cairan
dengan kandungan zat padat tak larut yang tinggi) ataupun fermentasi substrat padat
dalam medium cair. Substrat yang paling banyak digunakan dalam fermentasi
substrat padat adalah biji-bijian serealia, kacang-kacangan, sekam gandum,
bahabn yang mengandung linoselulosa (seperti kayu dan jerami), dan berbagai
bahan lain yang berasal dari tanaman dan hewan. Senyawaan tersebut selalu
berupa molekul primer, tak larut atau sedikit larut dalam air, tetapi murah,
mudah diperoleh dan merupakan sumber hara yang tinggi.
Beberapa contoh
fermentasi substrat padat
Contoh
|
Substrat
|
Mikroorganisme Yang Terlibat
|
Produksi Jamur (Eropa Dan Asia Timur)
|
Jerami, rabuk
|
Agaricus bisporus, lentinus edodes, volvariella
volvaceae
|
Fermentasi (Dinegara Timur)
|
Gandum dan kedele
|
Aspergillus oryzae
|
Kecap
|
Kedele
|
Rhizopus sp.
|
Tempe
|
Kedele
|
Neurospora sitophila
|
Oncom
|
||
Keju
|
Dadih
susu
|
Penicillim roquefortii
|
Pencucian
Logam
|
Biji
mutu rendah
|
Thiobacillus sp
|
Asam
– asam Organik
|
Gula tebu, molasa
|
Aspergillus niger
|
Enzim
– enzim
|
Sekam gandum dan sebagainya
|
Aspergillus niger
|
Pengkomposan
|
Bahan organic campuran
|
Jamur, bacteria, aktinomisetes
|
Perlakuan
Limbah
|
Komponen limbah
|
Bakteri, jamur dan protozoa
|
Gambar 13.
Keju sebagai salah satu product fermentasi padat dengan mikroorganisme Penicillim
roquefortii
Sumber : http://4.bp.blogspot.com/-
/Bk3zAymWbE0/s320/KEJU1.jpg
Fermentasi
substrat padat telah dipraktekkan selama ratusan tahun di asia timur. Banyak
makanan hasil fermentasi, seperti kecap, miso, tempe dan senbagainya, mempunyai
fase substrat padat lainnya digunakan untuk menghasilkan berbagai enzim dan
bahan kimia seperti asam sitrat. Dibelahan bumi barat, fermentasi substrat
padat dipusatkan pada pengkomposan limbah tanaman dan hewan, ensiling,
penanaman jamur, dan pembuatan keju. Fermentasi substrat padat tehadap
lignoselulosa bisa menjadi industri besar di masa depan, untuk menghasilkan
biomassa, etanol, metan dan beberapa produk yang bernilai komersial tinggi.
Sebagaian besar produk bioteknologi yang didasarkan pada mikroba dapat
dihasilkan melalui fermentasi substrat padat. Factor penentu bagi
dilaksanakannya fermentasi semacam itu akan begantung pada nilai ekonomi
relatifnya bila dibandingkan dengan proses fermentasi cair.
Jenis mikroorganisme
yang tumbuh baik dibawah kondisi fermentasi substrat padat ditentukan terutama
oleh faktor aktivitas air (aw). nilai aw substrat secara
kuantitatif menyatakan banyaknya air yang dibutuhkan bagi aktivitas mikroba.
2.7.1 Jenis mikroba
Fermentasi
substrat padat dapat berlangsung dalam berbagai bentuk yang berbeda tergantung
pada apakah mokroorganisme yang bersifat asli, kultur murni atau kultur
campuran.
Fermentasi yang
menggunakan mikroflora asli (indigenous) terutama diarahkan untuk ensiling
dan pengkomposan. Ensiling ialah suatu proses anaerobic yang melibatkan
tanaman pertanian dan dilaksanakan pada suhu 25-30oC selama 1-2
minggu.
Lactobacillus bularicus menjadi organisme dominan yang
menghasilkan asam laktat dan selanjutnya menghambat bakteri putrefaktif yang
potensial, dank arena tiak adanya oksigen, jamur aerobik tidak dapat tumbuh.
Tingkat kelmbaban adalah sangat kritis pada 50-65%, untuk menjamin agar
lactobacillus yang osmotoleran menjadi aktif dan dominan. Sebaliknya,
pengkomposan melibatkan serangkaian mikroorganisme dari bakteri mesofilik, ragi
dan jamur sampai aktinomisetes dan jamur yan temofilik.
Fermentasi
substrat padat dengan menggunakan kultur jamur murni paling baik diilustrasikan
dengan proses koji kuno murni untuk fermentasi biji-bijian dan kedele dengan
jamur Aspergillus oryzae. Substrat yang telah masak di inokulasi dengan
kultur murni A. oryzae dan diletakan pada lapisan tipis dalam baki atau
dalam bioreactor putar yang khusus supaya menghasilkan amilase dan
proteaseuntuk memecahkan bahan polimer di dalam substart. Proses koji merupakan
dasar untuk jenis fermetasi yang lain termasuk produksi enzim komersial, asam
organic dan etanol.
Fermentasi
substrat padat tertentu secara sengaja menggunakan inokulasi kultur campuran
untuk memperoleh pembentukan produk akhir yang optimum. Dengan demikian jerami
dapat dikonversi secara lebih efisien menjadi biomassa jamur melalui penggunaan
kultur camuran chaetomium cellulolyticum dan candida lipolytical daripada
setiap jamur itu secara sendiri-sendiri.
Suatu sifat
yang mencirikan berbagai fermentasi substratpadat adalah perlunya memberi
perlakuan awal pada bahan mentah substrat untuk meningkartkan ketersediaan
hara, untuk mengurangi ukuran partikel untuk mengoptimumkan parameter fisik
fermentasi bersangkutan. Desain proses fermentasi substrat padat lebih jauh
dikendalikan oleh perlunya mencapai ciri pemindahan massa dan panas yang baik,
pemindahan massa interpartikel dan difusi intrapartikel merupakan dua tahap
utama pemindahan massa yang membatasi fermentasi substrat padat.
BAB
III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Fermentasi dapat dikategorikan
sebagai salah satu bioteknologi pangan yang sudah di lakukan sejak zaman dulu.
Diawali dengan
pembuatan bir sekitar 6000 tahun sebelum masehi. Selain itu pembuatan roti
dengan bantuan khamir atau ragi sekira
4000 tahun sebelum masehi (SM). Pembuatan produk fermentasi kecap dan tauco di
Cina sejak 722 SM. Kemudian semakin berkembang dengan penemuan Louis Pasteur
dan Eduard Buchner.
Fermentasi
merupakan suatu cara untuk mengubah substrat menjadi produk tertentu yang
dikehendaki dengan menggunakan bantuan mikroba. Produk-produk tersebut biasanya
dimanfatkan sebagai minuman atau makanan. Berdsakan sifatnya fermentasi dapat
dibedakan menjadi :
a) Fermentasi Aerob , dan
b) Fermentasi Anaerob
Dalam fermentasi, ada yang dikenal dengan kultivasi mikroba
cair. Untuk
mendapatkan sistem fermentasi yang optimum, maka fermenter harus memenuhi
syarat sebagai berikut:
1. Terbebas
dari kontaminan
2.
Volume kultur relatif konstan (tidak
bocor atau menguap)
3.
Kadar oksigen terlarut harus memenuhi
standar.
4. Kondisi lingkungan seperti: suhu, pH harus
terkontrol. Stirred tank reactor system model yang banyak dipakai.
Terkadang dalam proses fermentasi
diperlukan suatu peralatan yang memudahkan untuk reaksi fermentasi tersebut. Bioreaktor atau dikenal juga dengan
nama fermentor adalah sebuah peralatan
atau sistem
yang mampu menyediakan sebuah lingkungan
biologis yang dapat menunjang
terjadinya reaksi
biokimia
dari bahan mentah
menjadi bahan yang dikehendaki.
Fermentasi substrat padat berkaitan dengan pertumbuhan
mikroorganisme pada bahan padat dalam ketiadaan atau hampir ketiadaan air
bebas. Tingkat lebih atas dari fermentasi substrat padat (yaitu sebelum air
bebas tampak) merupakan fungsi penyerapan (absorbancy), dan dengan demikian
kadar airnya pada gilirannya tergantung pada jenis substrat yang digunakan.
Fermentasi substrat padat tidak memperhatikan fermentasi slurry
(yaitu cairan dengan kandungan zat padat tak larut yang
tinggi) ataupun fermentasi substrat padat dalam medium cair. Substrat yang
paling banyak digunakan dalam fermentasi substrat padat adalah biji-bijian
serealia, kacang-kacangan, sekam gandum, bahan yang mengandung linoselulosa
(seperti kayu dan jerami), dan berbagai bahan lain
DAFTAR PUSTAKA
1. Almansyahnis.Respiras-iAerob-dan-anaerob.2012.
http://www.almansyahnis.com/2012/09/skema-respirasi-anaerob.html Diakses Tanggal 26 ebruari 2013
2.
Aguskrisnio.Kultivasimikroba. 2011.http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/01/12/optimalisasi-kultivasi-mikroba-menggunakan-kultur-kontinyusinambung-continued-process/
Diakses Tanggal 27 Februari 2013
3. Charni. L.
Pembuatan tanpe. 2010. http://www.dreamstime.com/peuyeum-thumb6980602 Diakses
Tanggal 27 Februari 203
4. Gama.PrinsipFermentasi.2009.http://jurnalramadhan.blogspot.com/2009/11/prinsip-fermentasi-anaerob-penghasil.html
Diakses Tanggal 26 Februari 2013
5. Jumar.R.Kultivasi
Mikroba. 2012.http://matakuliahbiologi.blogspot.com/2012/04/kultivasi-mikroba.html
Diakses Tanggal 27 Februari 2013
7.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/BioTekFermentasi05.pdf Diakses Tanggal 26 Februari 2013
LENGKAP sih .. tapi kok GAMBAR nya GAG KELUAR -_-
ReplyDeletema'af y mungkin linknya eror.. blom sempat perbaiki... ne mw aktif kembali...!!
Delete