PENGARUH LAMA PERENDAMAN DAN KONSENTRASI ENZIM
PAPAIN DARI EKSTRAK GETAH PEPAYA TERHADAP KARAKTERISTIK
DAGING
KAMBING
Puput
Puja Kusumawati*, Danar Anizar**,
Julia Mentari Rahayu, Siti Marfuah, Suci Mulvasari
Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Riau, Jl. Kaharudin Nasution, No. 113,
Perhentian Marpoyan, Pekan Baru, Riau
telp/fax: (0761) 674636-674674/674834
ABSTRACT
Meat ot the older goat has tough
character so the technology is needed to improve its tenderness. The
application of papain enzyme as meat tenderizer has been know and use for
people’s. Odjective of research was to obtain characteristic of meat from the
old goat dipped in papain enzyme solution at various concentration and dipping
time. The research was designed by Split Plot Design with treatments with there
replication, that were three levels of time length of dipping or A (A1 = 10
minutes; A2 = 20 minutes; A3 = 30 minutes) and kind of papain enzyme form or B
(B1=20 menit, B2=30 menit, dan B3=40 menit). Parameters of research were tenderness
and taste. The results showed that various concentration and diping time use
papain enzyme will make tenderness for lamb meat. But papain enzyme not make
different taste of lamb meat.
Key
Words:
Enzyme Concentration, Lamb Meat, Length
of Soaking, Papain Enzyme
ABSTRAK
Daging
kambing dari ternak berumur tua memiliki karakteristik yang alot/liat sehingga
perlu diintroduksi teknologi untuk meningkatkan keempukkannya. Aplikasi enzim
papain sebagai pengempuk daging telah diketahui dan digunakan oleh banyak orang.
Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan karakteritik daging kambing berumur
tua yang direndam enzim papain pada berbagai konsentrasi dan lama perendaman.
Penelitian didesain menggunakan rancangan petak terbagi. Perlakuan adalah
sebagai berikut: petak utama A=lama waktu perendaman (A1= 10 menit; A2= 20
menit; A3= 30 menit;) dan B = konsentrasi enzim papain(B1=2 ml, B2=3 ml, dan B3=4
ml). Parameter pengamatan keempukkan dan aroma. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa peningkatan konsentrasi dan lama waktu perendaman menggunakan enzim
papain akan meningkatkan keempukan pada daging kambing. Tetapi enzim papain
tidak mempengaruhi aroma pada daging kambing.
Kata
kunci:
Daging Kambing, Enzim Papain, Konsentrasi Enzim, Lama Perendaman
PENDAHULUAN
Di Indonesia peluang
pasar untuk kambing sangat terbuka lebar, tersirat dari besarnya permintaan dan
data pemotongan untuk kebutuhan konsumsi, idul adha, dan aqiqah. Potensi pasar
ini terus berkembang sejalan dengan pesatnya pertambahan penduduk, peningkatan
pendapatan, serta peningkatan kesadaran pentingnya gizi protein hewani untuk
meningkatkan kecerdasan bangsa (Sunarlim dan Usmiati, 2009). Oleh karena itu
peternakan kambing harus diperbesar
untuk menghasilkan produksi daging kambing yang lebih banyak.
Peningkatan produksi
daging kambing terutama untuk mencukupi kebutuhan daging kambing dan sebagai
substitusi dengan melonjaknya permintaan daging sapi (Budiyanto dan Usmiati,
2009).
Walaupun suplai daging
kambing dapat ditingkatkan, namun daging kambing dari ternak yang berumur tua
masih belum dapat diterima sepenuhnya oleh masyarakat, karena dagingnya
alot/liat (Sunarlim dan Usmiati, 2009). Dengan demikian muncullah berbagai
macam teknologi yang digunakan untuk mengempukkan daging.
Teknologi untuk
mengempukkan daging yaitu dengan pelayuan. Pelayuan dilakukan pada suhu 40C
selama 7 hari yang dapat menyebabkan daging lebih empuk dan mutu lebih baik.
Namun pelayuan membutuhkan investasi dan biaya yang besar (budiyanto agus dan
sumiati, 2009). Dengan teknologi tersebut maka daging kambing yang semula alot
menjadi empuk.
Keempukan daging
merupakan parameter mutu penting yang dapat dinyatakan dengan sifat mudah atau tidaknya
dikunyah. Selain itu menurut Sylvia keempukan merupakan faktor penentu yang
paling penting pada kualitas daging. Pengempukan daging dapat dilakukan dengan
menggunakan enzim papain dari papaya.
Papain adalah suatu
enzim pemecah protein (enzima proteolitik) yang terdapat dalam getah papaya
dihasilkan oleh saluran getah yang banyak terdapat dibawah lapisan kulit luar
buah (Kalie: 1990). Menurut Muljana (1985) Khasiat dari papain yang terdapat
dalam papaya adalah mampu membuat daging yang keras menjadi empuk.
Enzim papain itu disamping
keaktifan untuk memecah protein, papain mempunyai kemampuan membentuk protein
baru atau senyawa yang menyerupai protein yang disebut plastein dari hasil
hidrolisa protein (budiyanto agus dan sumiati, 2009). Penggunaan enzim papain
selama ini telah dipelajari dan kemungkinan merupakan agen pengempuk daging
yang paling efektif. Kelebihan metode ini adalah tidak memerlukan waktu
berhari-hari dan harganya relatif murah dibandingkan dengan teknologi pelayuan.
Berdasarkan uraian
diatas maka perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
lama perendaman dan konsentrasi enzim papain dari ekstrak getah papaya terhadap
karakteristik daging kambing.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan
di jalan Karya 1 gg Pusri Universitas Islam Riau Pekanbaru yang berlangsung
mulai tanggal 10 April sampai dengan tanggal 2 Mei 2013.
Bahan
dan Alat
Bahan yang digunakan
pada penelitian ini meliputi daging kambing dari ternak yang cukup tua. Bahan
lainnya adalah enzim papain dari papaya.
Alat dalam pengujian
ini adalah pisau, ember, kompor, dandang.
Metode
Penelitian ini didesain
menggunakan rancangan petak terbagi. Perlakuannya adalah sebagai berikut: petak
A= lama perendaman (A1 = 20 menit, A2 = 30 menit, A3 =40 menit) dan B = jumlah
enzim papain (B1 = 2 ml, B2 = 3 ml, B3 = 4 ml).
Penelitian ini dilakukan
secara eksperimen dan bersifat deskriptif kualitatif. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan uji organoleptik. Data hasil penelitian ini
akan diuraikan dalam bentuk penjelasan kata-kata dan tidak menggunakan
statistic, karena penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan
menggunakan metode uji organoleptik.
Parameter pengamatan
meliputi: (a) keempukan (b) aroma
Persiapan
Bahan
Daging kambing seberat
1 kg dicuci bersih kemudian dipotong-potong menjadi 10 bagian. 1 bagian dari 10
potong bagian tersebut dipotong lagi menjadi 10 bagian kecil.
Persiapan
enzim papain
Getah pepaya di peroleh
dari buah papaya umur 2-3 bulan disadap pangkal hingga ujung buah sebanyak lima
goresan. Penyadapan dilakukan pada pagi hari. Getah papaya kemudian dikumpulkan
kedalam mangkuk plastic, setelah terkumpul maka siaplah enzim papain.
Perlakuan
Daging kambing yang
telah dipotong-potong direndam dalam larutan enzim papain dengan konsentrasi
yang berbeda yakni 2 ml,3 ml, 4 ml dan waktu berbeda yakni 20 menit, 30 menit,
dan 40 menit. Sebagai kontrolnya daging kambing tidak akan diberi perlakuan.
Keempukan dan aroma
daging diukur dengan menggunakan uji organoleptik. Uji organoleptik menggunakan
panelis yang berjumlah 10 orang dengan
skor penilaian keempukan: 1=sangat keras,2=keras ,3=lunak ,4= sangat lunak,
tekstur: 1= sangat amis ,2= amis ,3= tidak amis ,4= sangat tidak amis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian
sifat organoleptik dalam penelitian ini meliputi 2 variabel yakni: keempukan
dan aroma untuk masing-masing perlakuan.
Keempukan
Keempukan daging adalah salah satu
faktor penentu kualitas daging masak tanpa mengabaikan flavor yang terbentuk.
Pengukuran keempukan dengan penetrometer menggambarkan kemampuan penetrasi gigi
kedalam daging.
Keempukan merupakan faktor yang
mempengaruhi mutu produk terutama hubungannya dengan selera konsumen dan
mempengaruhi penerimaan secara umum (Budiyanto, agus dan Usmiati, 2009). Untuk
mengetahui penerimaan masyarakat tentang keempukan daging adalah dengan uji
organoleptik.
Hasil uji oragoleptik terhadap nilai
keempukan daging disajikan pada table 1 dengan 10 orang panelis.
Dari hasil pada tabel 1 tersebut berdasarkan
uji organoleptik dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara konsentrasi enzim
papain dan lama waktu perendaman dengan keempukan daging kambing. Semakin
tinggi konsentrasi enzim papain maka semakin empuk daging kambingnya. Perlakuan
dengan konsentrasi enzim papain paling tinggi yakni 4 ml merupakan daging
dengan tingkat keempukan sangat lunak.
Lama perendaman juga mempengaruhi
tingkat keempukan daging kambing. Dengan konsentrasi enzim papain sama tetapi
waktu perendaman berbeda maka tingkat keempukan daging kambing menjadi berbeda.
Konsentrasi enzim papain 4 ml dan waktu perendaman 40 menit menghasilkan\
tingkat keempukan daging kambing dengan nilai sangat lunak oleh 10 panelis.
Bagian kontrol, daging kambing yang
tidak diberi perlakuan perendaman dengan enzim papain 10 orang panelis memilih
nilai keempukan daging rendah yakni sangat keras.
Tabel
1. Hasil uji organoleptik terhadap keempukan daging
Perlakuan
|
Sangat keras
|
Keras
|
Lunak
|
Sangat lunak
|
|
Konsentrasi
|
Perendaman
|
||||
2 ml
|
20 menit
|
2 panelis
|
8 panelis
|
||
30 menit
|
1 panelis
|
8 panelis
|
1 panelis
|
||
40 menit
|
8 panelis
|
2 panelis
|
|||
3 ml
|
20 menit
|
6 panelis
|
4 panelis
|
||
30 menit
|
4 panelis
|
5 panelis
|
1 panelis
|
||
40 menit
|
2 panelis
|
5 panelis
|
3 panelis
|
||
4 ml
|
20 menit
|
6 panelis
|
4 panelis
|
||
30 menit
|
2 panelis
|
8 panelis
|
|||
40 menit
|
10 panelis
|
||||
Tanpa
perendaman
|
10 panelis
|
Jadi semakin tinggi konsentrasi papain
yang digunakan akan berbanding dengan penurunan keempukan daging kambing.
Konsentrasi enzim papain 4 ml menghasilkan keempukan yang paling tinggi dan
nilai keempukan semakin meningkat dengan meningkatnya waktu perendaman yakni 40
menit. Jadi nilai keempukan daging kambing menjadi semakin tinggi seiring
dengan semakin besarnya konsentrasi enzim papain dan semakin lama waktu
perendamannya.
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Lehninger dalam Budiyanto dan Usmiati, (2009) bahwa penambahan papain dapat
meningkatkan kesan keempukan daging dibanding dengan kontrol. Jumlah enzim
semakin meningkat, maka semakin banyak substrat yang diubah menjadi produk.
Peningkatan nilai keempukan daging
kambing disebabkan adanya aktivitas enzim proteolitik/protease yang memiliki
kemampuan dalam memecahkan endomisium yang menyelubungi serabut-serabut daging
dan menghancurkan tenunan pengikat menjadi serabut amorf (sunarlim dan usmiati,
2009)
Proses pengempukan secara alamiah
terjadi karena pemecahan protein-protein daging oleh enzim protease. Tampak
bahwa penggunaan enzim papain membantu
dalam proses pemecahan protein-protein daging yang semakin banyak. Peningkatan
nilai keempukan daging kambing disebabkan adanya aktivitas enzim proteolitik/protease
yang memiliki kemampuan dalam memecahkan
endomisium yang menyelubungi serabut-serabut daging dan menghancurkan tenunan
pengikat menjadi serabut amorf (Sunarlim dan Usmiati, 2009).
Konsentrasi dan lama waktu perendaman
enzim papain akan mempengaruhi nilai keempukan daging.
Aroma
Daging kambing memiliki bau atau aroma
yang khas. Daging kambing dari ternak yang berumur tua mempunyai bau yang lebih
kuat dibanding dengan daging yang berasal dari ternak yang berumur muda.
Hasil uji oragoleptik terhadap aroma
daging disajikan pada tabel 2 dengan 10
orang panelis sebagai penguji.
Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa daging
kambing yang tidak direndam dengan enzim papain 10 orang panelis memberi nilai
sangat amis berbeda dengan daging yang diberi perlakuan dengan direndam enzim
papain, aroma daging kambing cenderung diberi nilai amis oleh panelis dan tidak
ada panelis yang memberi nilai sangat amis.
Tabel
2. uji oragoleptik terhadap aroma pada daging kambing dengan 10 panelis
Perlakuan
|
Sangat
amis
|
Amis
|
Tidak
amis
|
Sangat
tidak amis
|
|
Rendam
2 ml
|
20
menit
|
8
panelis
|
2
panelis
|
||
30
menit
|
7
panelis
|
3
panelis
|
|||
40
menit
|
5
panelis
|
5
panelis
|
|||
Rendam
3 ml
|
20
menit
|
7
panelis
|
3
panelis
|
||
30
menit
|
7
panelis
|
3
panelis
|
|||
40
menit
|
6
panelis
|
4
panelis
|
|||
Rendam
4 ml
|
20
menit
|
8
panelis
|
2
panelis
|
||
30
menit
|
6
panelis
|
4
panelis
|
|||
40
menit
|
5
panelis
|
5
panelis
|
|||
Tanpa
papain
|
40
menit
|
9
panelis
|
1
panelis
|
Perlakuan penambahan konsentrasi tidak
memberikan pengaruh terhadap aroma daging kambing tetapi waktu perendaman
memberikan pengaruh nyata terhadap perbedaan aroma daging kambing. Terbukti
dari waktu perendaman yang semakin lama membuat penilaian uji organoleptik dari
panelis
berbeda,
semakin lama waktu perendaman maka penilaian panelis terhadap aroma cenderung
bergeser dari amis menjadi tidak amis.
Hal itu menunjukkan bahwa lama waktu
perendaman menyebabkan penerimaan terhadap aroma daging kambing menjadi
meningkat. Semakin lama waktu perendaman maka sari papaya akan semakin meresap
kedalam serabut otot kambing sehingga memberikan pengaruh terhadap aroma daging
kambing.
Jadi Enzim papain dapat memberi pengaruh
pada aroma daging kambing. Hal ini disebabkan karena enzim papain yang
diberikan berasal dari papaya sehingga sari papaya dapat meresap dalam daging
saat direndam sehingga dapat menyamarkan aroma daging kambing tersebut.
KESIMPULAN
Perendaman daging kambing dengan
konsentrasi enzim papain dan waktu perendaman yang berbeda menghasilkan
karakteristik keempukan yang berbeda. Semakin banyak enzim papain yang
digunakan dan semakin lama waktu perendaman akan meningkatkan keempukan daging
kambing. Sedangkan pada aroma daging kambing pada konsentrasi perendaman tidak
memberikan pengaruh tapi lama waktu perendaman memberikan pengaruh pada aroma
daging kambing. Dengan lama perendaman yang semakin lama maka papain akan
semakin meresap masuk kedalam daging kambing sehingga aroma daging kambing dari
semula sangat amis menjadi amis.
UCAPAN TERIMAKASIH
Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu
Nurkhairo hidayati, s.pd, m.pd selaku dosen pembimbing yang memberi saran dan
masukan terhadap penelitian kami. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
kepada teman-teman biologi kelas 8T yang telah memberi saran dan kritikan
terhadap penelitian ini. Terimakasih
juga kepada seluruh anggota kelompok yang telah bekerja sama dalam melakukan
penelitian ini sehingga penelitian ini dapat dilakukan dengan selesai pada
waktunya.
DAFTAR
PUSTAKA
Agus & S.Usmiati.2009.Pengaruh enzim papain
terhadap mutu daging kambing selama
penyimpanan.seminar
nasional teknologi peternakan dan veteriner: 523-527.
Agustin et al.2012.Pengaruh dosis injeksi antemortem papain kasar terhadap kualitas fisik dan
organoleptik daging ayam petelur afkir pada jenis otot yang berbeda.sains
peternakan 10(2): 100-107.
Baga kalie, mochd. 1993. Bertanam
papaya.Jakarta:penebar swadaya.
Erni & Qomarudin.2003. Pengempukkan daging degan
enzim protease tanaman biduri(calotropis
gigantea).jurnal teknol dan industri pangan 14(3): 266-268.
Muljana, wahyu.1985. bercocok tanam papaya.Semarang:
aneka ilmu.
Roswita & S. Usmiati .2009. Karakteristik daging
kambing dengan perendaman enzim papain.seminar nasional teknologi peternakan
dan veteriner :499-506.
Sylvia et al.2010.Pengaruh penggunaan ekstrak batang
(hati) nenas terhadap kualitas organoleptik daging ayam kampung.jurnal
agroforestri 5(3): 196-202.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berikan komentar jika ini bermanfaat