BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan Penulis
Menyampaikan
informasi :
1.
Adaptasi adalah kemampuan atau
kecenderungan makhluk hidup dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru
untuk dapat tetap hidup dengan baik.
2.
Jenis-Jenis Dan Macam-Macam Adaptasi
1) Adaptasi Morfologi, Adaptasi morfologi adalah
penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan kebutuhan organisme hidup.
2) Adaptasi Fisiologi, Adaptasi fisiologi adalah
penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang menyebabkan adanya
penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup dengan baik.
3) Adaptasi Tingkah
Laku, Adaptasi tingkah laku adalah
penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku/perilaku terhadap lingkungannya.
3.
Bentuk adaptasi tingkah laku
(behavioral adaptation) pada binatang/hewan di sekitar kita:
4.
Themoregulasi adalah proses yang
terjadi pada hewan untuk mengatur suhu tubuhnya agar tetap konstan dinamis.
Adapun mekanismenya adalah mengatur keseimbangan antara perolehan panas dengan
pelepasan panas.
5.
Kemampuan hewan untuk
mempertahankan suhu tubuh
6.
Adaptasi hewan ektoterm terhadap
suhu sangat panas
BAB II
PEMBAHASAN
Kepekaan
terhadap stimulus merupakan salah satu ciri utama kehidupan. Tujuan akhir dari
respon adalah untuk mempertahankan hidupnya. Respon heawan terhadap
lingkungannya bervariasi tergantung dari jenis dan intensitas stimulus, jenis
spesies, stadium perkembangan, umur, kondisi fisiologis dan kisaran toleransi
terhadap lingkungannya.
Apabila
kondisi lingkungan menjadi sangat tidak baik, maka yang terjadi adalah,
pertama, hewan meninggalkan tempat itu dan mencari tempat dengan kondisi yang
lebih baik. Kedua, hewan memberikan respon tertentu yang mampu mengatasi efek
negative perubahan tersebut. Ketiga, hewan itu akan mati.
A. RESPON DASAR HEWAN
Selama
periode ontogeny pada hewan dikenal tiga macam respon dasar yaitu respon
pengaturan, respon penyesuaian, dan respon perkembangan. Mekanisme ketiga
respon itu berdasarkan sistem umpan balik negatif. Agar mekanisme itu berhasil
maka respon yang dihasilkan harus sesuai besarnya, waktu tepat dan berlangsung
cukup cepat.
1)
Respon Reversibel
Tipe respon dasar hewan yang reversible dan paling
sederhana adalah respon pengaturan (regulatori). Rspon fisiologi terjadi sangat
cepat (refleks). Contoh: perubahan pupil mata terhadap intensitas cahaya.
Tipe respon lain yang bersifat reversible adalah
respon penyesuaian (aklimatori), berlangsung lebih lama dari respon regulatori
karena proses yang fisiologi yang melandasinya melibatkan perubahan struktur
dan morfologi hewan. Contoh: di lingkuan bertekanan parsial oksigen rendah,
terjadi proliferasi dan pengingkatkan jumlah eritrosit, tubuh terdedah pada
kondisi kemarau terik, kulit mengalami peningkatan pigmentasi. Respon
aklimatori umum terdapat pada hewan berumur panjang, yang menghadapi perubahan
kondisi musiman. Reversibilitas respon penting sekali karena tiap tahun kondisi
khas musimana selalu berulang.
2)
Respon Tak-reversibel
Tipe respon tak-reversibel selama ontogeny adalah
respon perkembangan. Respon berlangsung lama karena melibatkan banya proses
yang menghasilkan perkembangan beraneka ragam macam struktur tubuh. Hasilnya
bersifat permanen dan tak reversible. Contoh : perubahan jumlah mata facet pada
Drosophila yang dipelihara pada suhu tinggi, atau terbentuknya keturunan
cacat akibat respon perkembangan embrio terhadap senyawa teratogenik dalam
lingkungannya.
B. AKLIMATISASI DAN ADAPTASI
Alkimatisasi dan adaptasi merupakan perwujudan respon
terhadap lingkungannya. Aklimatisasi terjadi pada periode ontogeny, reversible,
dan tidak diwariskan. Yang serupa dengan aklimatisasi adalah aklimasi.
Perbedaannya aklimatisasi menyangkut banyak faktor alami, aklimasi digunakan
untuk satu atau dua faktor yang terjadi dalam lingkungan terkontrol di
laboratorium. Contoh : respon Rana pipiens berupa laju konsumsi oksigen pada
kondisi suhu tertentu menjadi berbeda setelah mengalami aklimasi, dan perubahan
ini tidak langgeng.
Adaptasi melibatkan perubahan yang diakibatkan seleksi
alam, bersifat herediter, dan proses berlangsung meliputi sejumlah besar
generasi yang berurutan. Terdapat tiga macam hasil proses adapatasi pada hewan,
yaitu:
1)
Adaptasi Fisiologis
Adaptasi fisiologi
adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang menyebabkan
adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup dengan baik.
Adaptasi fisiologis (adaptasi fungsional) adalah
seluruh perangkat kemampuan fisiologis untuk menghadapi kondisi lingkungannya,
meliputi proses kimiawi, substansi kimiawi, enzim, ko-enzim serta hormon yang
terlibat pada proses tersebut. Adapatasi fiologis biasa didukung oleh adaptasi
structural dan perilaku.
2)
Adaptasi Morfologis
Adaptasi
morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan kebutuhan
organisme hidup.
Contoh: Koral Madrepora berbeda bentuk pada lingkungan
yang berbeda. Adanya kesamaan corak dan kondisi lingkungan, mungkin
menghasilkan bentuk yang serupa pada berjenis-jenis hewan dari kelompok yang
bertaksonomi perkerabatan jauh.
Contoh: berbagai jenis ikan dan mamalia yang hidup di
lautan. Adaptasi structural menyangkut seluruh aspek hidup hewan. Misal: tipe
mulut pada Insecta dan tipe paruh pada burung sesuai dengan jenis makanannya.
Adapatasi dari berbagai struktur tubuh saling
mendukung untuk melakuakn suatu fungsi hidup, misal pada burung karnivor
memiliki paruh yang kukuh dah tajam, penglihatan tajam, daya terbang baik dan
kaki bercakar kuat. Adaptasi tidak hanya menyangkut bentuk dan besar struktur,
melainkan juga warna, pola pewarnaan, dan aspek fenotip lainnya.
Aturan
mengenai adaptasi structural pada hewan:
Ø
Aturan Bergmann: Hewan yang hidup di
suhu tinggi cenderung bertubuh kecil dibandingkan kerabatnya yang hidup di
daerah suhu rendah.
Ø
Aturan Allen: Paruh, daun telinga,
ekor dan bagian tubuh yang terjulur lainnya, cenderung lebih pendek pada hewan
yang hidup di daerah bersuhu rendah dibandingkan dengan kerabatnya yang hidup
di daerah bersuhu tinggi.
Ø
Aturan Gloger: Hewan homoterm di
daerah beriklim panas dan lembab cenderung berpigmen hitam, di daerah kering
berpigmen kuning, coklat dan merah, dan pada daerah dingin pigmen mengalami
reduksi.
Ø
Aturan Jordan: Jumlah vertebrata
pada jenis-jenis ikan di perairan bersuhu rendah cendurung lebih sedikit
dibandingkan dengan di peraiaran bersuhu tinggi.
Ø
Sayap dari jenis burung di daerah
pegunungan atau beriklim dingin cenderung berukuran lebih panjang dibandingkan
dengan yang di dataran rendah atau beriklim panas.
3)
Respon dan Adaptasi Perilaku
Perilaku hewan merupakan aktivitas terarah berupa
respon terhadap kondisi dan sumber daya lingkungan. Terjadinya suatu perilaku
melibatkan peranan reseptor dan efektor serta koordinasi saraf dan hormon.
Jenis efektor yang paling berperan adalah otot-otot tubuh.
Perilaku pada hewan rendah seluruhnya ditentukan
secara genetic, bersifat khas, terjadi secara otomatis. Pada hewan tinggi
banyak mengandung komponen yang tidak bersifat herediter, melainkan proses
belajar yang dipengaruhi faktor lingkungan. Pada Invertebrata berupa taksis
atau refleks, pada serangga berupa instink dan pada manusia ditentukan oleh
komponen belajar dan menalar.
a.
Taksis
Adalah berbagai perilaku Invertebrata dan Vertebrata
rendah, berupa gerakan di tempat maupun berpindah tempat dengan jalan berkerut,
meregang, membelokkan tubuh dan sebagainya. Stimulus dapat berupa cahaya
(foto-), suhu (termo-), sentuhan (tigmo-), arus air (reo-) dan sebagainya.
Respon perilaku hewan mobil yang berupa gerakan yang
terorientasi langsung pada sumber stimulus dan meliputi gerakan berpindah
tempat disebut taksis. Misal termotaksis negative atau tigmotaksis positif.
Hewan Invertebrata sesil juga perilakunya terorientasi langsung pada sumber
stimulus, hanya memeperlihatkan gerakan seluruh atau sebagian tubuhnya tanpa
berpindah tempat disebut tropisme. Misal Respon kemotropi negative Hydra
terhadap larutan asam (tentakel dan tubuh mengkerut). Kinesis merupakan gerakan
yang tidak terorientasi langsung pada sumber stimulus dan dicapainya situasi
akhir terjadi melalui gerakan coba-coba. Misal Jenis Protozoa berpindah tempat
karena respon kemikinesis negative.
b.
Refleks
Sejumlah gerakan atau perilaku hewan umumnya
berlangsung secara refleks, meskipun frekuensinya berkurang pada hewan tinggi.
Refleks merupakan gerakan otomatis yang terjadi aakibat beroperasinya mekanisme
reseptor sederhana, dn proporsional terhadap besarnya stimulus. Pada hewan
rendah, berbagai aktivitas penting terjadi sebagai seurutan refleks-refleks.
Misal pada lalat.
Refleks merupakan salah satu komponen dasar dari
perilaku yang mempunyai nilai kesintasan. Refleks akan menjauhkan hewan dari
kondisi membahayakan dan memanfaatkan sumber daya lingkungannya.
c.
Perilaku Naluriah
Naluri (instink) dalam arti perilaku atau landasan
pendorong yang merupakan terjadinya perilaku itu. Perilaku naluriah
didefinisikan sebagai suatu perilaku yang rumit, khas spesies, testerotipe,
herediter dan terjadi otomatis oleh induksi stimulus kunci atau stimulus
syarat. Respon ini bersifat tidak proporsional dengan intensitas stimulus.
Instink memerlukan mekanisme saraf, namun yang paling
utama karena timbulnya dorongan (drive) yang timbul karena mencapai status
fisiologis tertentu (motivasi) dengan “mood” yang tepat. Bila dikombinasikan
dengan stimulus sinyal yang tepat dari lingkungan akan mewujudkan instink.
Stimulus isyarat dapat berupa bentuk, warna, suara/nyanyian, feromon, sentuhan
dan sebagainya.
d.
Belajar
Belajar merupakan perubahan perilaku akibat suatu
pengalaman, berarti respon terhadap suatu stimulus tertentu menjadi berubah
dibandingkan sebelumnya.Terjadi pada Vertebrata tinggi, dan paling efektif pada
usia muda.
Macam-macam corak belajar:
·
Habituasi (pembiasaan), hewan tidak
lagi memberikan respon pada suatu stimulus yang tidak memberikan arti dalam kehidupannya.
Misal: anak hewan mengindari bunyi/gerakan tiba-tiba, setelah tahu tidak
memberikan efek buruk, maka stimulus tidak diacuhkan lagi.
·
Pengkondisian, suatu stimulus yang
tadinya tidak mengandung arti, setelah melalui pengalaman menjadi penting, yakni
terbinanya kesan hubungan antara stimulus dengan ganjaran. Misal respon anjing
yang diberi stimulus visual dan auditori.
·
Imprinting (perekaman), perilaku
naluriah mengikuti induk. Misal anak itik yang ditetaskan secara terisolasi,
akan terus mengikuti manusia atau objek bergerak yang pertama kali dilihatnya.
·
Imitating (meniru), suatu individu
dalam kelompok akan melakukan gerakan atau aktiviatar tertentu (berlari,
bernyanyi, makan dll) yang sama denga individu lain dalam kelompok. Terjadi
pada hewan yang bersifat gregarious.
·
Trial and Error (coba-coba),
eliminasi dari semua stimulus dan respon, kecuali yang relevan, dengan
diperolehnya ganjaran atau hukuman. Misalnya anak ayam mematuki sembarang
objek, lalu hanya mematuki makanannya saja.
·
Reasoning (menalar), meliputi
terjadinya proses pembinaan suatu kesan hubungan antara objek dengan objek,
kejadian dengan kejadian atau objek dengan kejadian, untuk kemudian diwujudkan
dalam bentuk respon perilaku yang tepat, tanpa didahului coba-coba. Hanya
terjadi pada mamalia tingkat tinggi, misal lumba-lumba, anjing dan kera. Misal
kera yang terkurung mengambil pisang di luar dengan tongkat. Menalar atau
belajar konsepsional paling baik perkembangannya pada manusia, karena
perkembangan bagian korteks otaknya paling baik.
4) Adaptasi
Tingkah Laku
Makhluk hidup melakukan penyesuaian diri
terhadap lingkungan di sekitar habitat tempat hidupnya tidak terkecuali
manusia. Adaptasi yang dilakukan makhluk hidup bertujuan untuk dapat bertahan
hidup dari kondisi lingkungan yang mungkin kurang menguntungkan. Di bawah ini
adalah merupakan beberapa bentuk adaptasi tingkah laku (behavioral adaptation)
pada binatang/hewan di sekitar kita disertai pengertian dan arti definisi :
1. Mimikri
Mimikri adalah teknik manipulasi warna kulit pada
binatang seperti misalnya bunglon yang dapat berubah-ubah sesuai warna benda di
sekitarnya agar dapat mengelabuhi binatang predator/pemangsa sehingga sulit
mendeteksi keberadaan bunglon untuk dimangsa. Jika bunglon dekat dengan
dedaunan hijau maka dia akan berubah warna kulit menjadi hijau, jika dekat
batang pohon warna coklat, dia juga ikut ganti warna menjadi coklat, dan lain
sebagainya.
2. Hibernasi
Hibernasi adalah teknik bertahan hidup pada
lingkungan yang keras dengan cara tidur menonaktifkan dirinya (dorman).
Hibernasi bisa berlangsung lama secara berbulan-bulan seperti beruang pada
musim dingin. Hibernasi biasanya membutuhkan energi yang sedikit, karena selama
masa itu biantang yang berhibernasi akan memiliki suhu tubuh yang rendah, detak
jantung yang lambat, pernapasan yang lambat, dan lain-lain. Binatang tersebut
akan kembali aktif atau bangun setelah masa sulit terlewati. Contoh hewan yang
berhibernasi yaitu seperti ular, ikan, beruang, kura-kura, bengkarung, dan
lain-lain.
3. Autotomi
Autotomi adalah teknik bertahan hidup dengan
cara mengorbankan salah satu bagian tubuh. Contoh autotomi yaitu pada cicak /
cecak yang biasa hidup di dinding rumah, pohon, dll. Cicak jika merasa terancam
ia akan tega memutuskan ekornya sendiri untuk kabur dari sergapan musuh. Ekor
yang putus akan melakukan gerakan-gerakan yang cukup menarik perhatian sehingga
perhatian pemangsa akan fokus ke ekor yang putus, sehingga cicak pun bisa kabur
dengan lebih leluasa.
4. Estivasi
Estivasi adalah menonaktifkan diri (dorman) pada
saat kondisi lingkungan tidak bersahabat. Bedanya dengan hibernasi adalah di
mana pada estivasi dilakukan pada musim panas dengan suhu udara yang panas dan
kering. Hewan-hewan seperti kelelawar, tupai, lemur kerdil, dll akan
mengestivasi diri di tempat yang aman dan terlindung. Pada tumbuhan estivasi
juga dilakukan oleh oleh pohon jati dengan meranggas atau menggugurkan daun.
5. Simbiosis Rayap dan
Flagellata
Rayap membutuhkan bantuan makhluk hidup lainnya
yaitu flagelata untuk mencerna kayu yang ada di dalam usus rayap. Tanpa
flagellata rayap tidak akan mampu mencerna kayu yang masuk ke dalam tubuhnya.
Rayap-rayap kecil yang baru menetas mendapatkan flagellata dengan jalan
menjilat dubur rayap dewasa. Rayap secara periodik melakukan aktivitas ganti
kulit dan meninggalkan bagian usus lama, sehingga rayap akan memakan kulit yang
mengelupas untuk memasukkan kembali flagellata ke dalam usus pencernaannya.
6. Pernapasan Ikan
Paus
Ikan paus adalah mamalia yang mirip ikan dan
hidup di air. Paus memiliki paru-paru yang harus diisi dengan oksigen dari
permukaan laut minimal setiap setengah jam sekali. Ikan paus ketika muncuk ke
permukaan akan membuang udara kotor lewat hidung mirip seperti air mancur yang
berisi karbon dioksida bercampur uap air jenuh yang terkondensasi.
Themoregulasi
adalah proses yang terjadi pada hewan untuk mengatur suhu tubuhnya agar tetap
konstan dinamis. Adapun mekanismenya adalah mengatur keseimbangan antara
perolehan panas dengan pelepasan panas. Suhu tubuh hewan dipengaruhi oleh suhu
lingkungan hewan. Namun untuk hidup secara normal hewan harus memilih kisaran
suhu yang lebih sempit dari kisaran suhu tersebut yang ideal dan disukai agar
proses fisiologis optimal. Suhu tubuh konstan sangat dibutuhkan karena
perubahan suhu berpengaruh pada konformasi protein dan ativitas enzim juga pada
energi kinetik molekul zat. Kenaikan suhu Lingkungan mengakibatkan peningkatan
laju reaksi yang berpengaruh pada aktivitas metabolisme sel tubuh.
Kemampuan hewan
untuk mempertahankan suhu tubuh ada 2, yaitu :
1. Hewan poikiloterm
adalah hewan yang suhu tubuhnya selalu berubah seiring dengan berubahnya suhu
lingkungan.
2. Hewan homeoterm adalah hewan yang suhu
tubuhnya selalu konstan sekalipun suhu lingkungannya berubah.
Interaksi panas
yang menguntungkan: mengatur suhu tubuh yaitu meningkatkan/menurunkan pelepasan
panas dari tubuh dan memperoleh panas.
1. Konduksi:
Perpindahan atau pergerakan dua benda yang saling bersentuhan.
2. Konveksi:
Perpindahan panas antara dua benda yang terjadi melalui zat alir (fluida) yang
bergerak.
Proses Konveksi:
Berlangsung sampai
suhu tubuh kembali ke suhu normal. Perpindahan panas bisa dipercepat, apabila
kecepatan aliran fluida di sekeliling tubuh ditingkatkan. Terjadi dari
lingkungan ke tubuh hewan, misalnya pada saat udara panas bertiup di dekat
hewan, lama-kelamaan tubuh hewan akan menjadi lebih panas juga.
3. Radiasi :
Perpindahan panas antara dua benda yang tidak saling bersentuhan, Frekuensi dan Intensitas Radiasi:
Ø Tergantung pada
suhu benda yang mengeluarkan radiasi. Semakin tinggi suhu benda yang
mengeluarkan radiasi, semakin tinggi pula intensitas radiasinya.
Ø Tubuh hewan (kulit,
rambut, dan bulu) menyerap panas radiasi dengan baik.
Ø Berjemur pada hewan
(khususnya poikiloterm) untuk menaikkan atau memperoleh panas tubuh.
4. Evaporasi : Proses
perubahan benda dari fase cair ke fase gas.
Evaporasi:
Cara penting untuk
melepaskan panas tubuh. Hewan yang tidak memiliki kelenjar keringat, jika
tubuhnya panas, penguapan melalui saluran pernafasan dengan cara terengah-engah
(pada anjing diikuti dengan menjulurkan lidahnya). Jika suhu tubuh meningkat,
keringat akan membasahi kulit, selanjutnya keringat akan menyerap kelebihan
panas dari tubuh dan mengubahnya menjadi uap, setelah keringat mengering, suhu
tubuh pun turun.
Laju aliran panas
pada suatu benda di pengaruhi oleh:
Ø Luas permukaan
benda yang saling bersentuhan.
Ø Perbedaan suhu awal
antara kedua benda tersebut.
Ø Konduktivitas panas
(tingkat kemudahan untuk mengalirkan panas yang dimiliki suatu benda) dari
kedua benda.
Hewan Ektoterm
Hewan yang suhu
tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan sekitarnya. Yaitu,
·
Perolehan panas tubuh tergantung
pada berbagai sumber panas di lingkungan luar.
·
Masalah yang dihadapi tidak sama,
tergantung pada jenis habitatnya.
Hewan Ektoterm
Akuatik: Suhunya relatif stabil sehingga mengalami permasalahan suhu lingkungan
yang rumit. Hewan Ektoterm
Terestial: Suhunya selalu berubah dengan variasi yang cukup besar sehingga ada
perbedaan signifikan antara suhu udara siang dan malam.
v Adaptasi Hewan Ektoterm terhadap
Suhu Sangat Panas dan Sangat Dingin
Adaptasi
terhadap Suhu Sangat Panas,
Meningkatkan laju
pendinginan dengan penguapan:
1. Melalui kulit, bagi
hewan yang berkulit lembab (cacing dan katak) atau dengan cara berkeringat
(untuk hewan yang mempunyai kelenjar keringat).
2. Melalui saluran
pernafasan, bagi hewan yang kulitnya tebal dan kedap air (reptil dan insekta).
3. Mengubah mesin
metaboliknya agar bisa bekerja pada suhu tinggi (kadal dan reptil gurun).
Adaptasi
terhadap Suhu Sangat Dingin
1. Meningkatkan suhu
osmotik.
2. Titk beku cairan
tubuh dapat diturunkan hingga dibawah 0°C.
3. Menghambat
pembekuan kristal es didalam sel.
4. Mencegah kerusakan
membran.
Hewan Endoterm
Hewan yang panas
tubuhnya berasal dari dalam tubuh sebagai hasil dari metabolism sel tubuh.
·
Suhu tubuh terlalu tinggi dilepaskan
dengan cara:
1. Vasodilatasi daerah
perifer tubuh.
2. Berkeringat dan
terengah-engah.
3. Menurunkan laju
metabolisme (misal: menekan sekresi tiroksin).
4. Respons perilaku (misal: berendam di
air).
·
Suhu Tubuh Terlalu Rendah
Cara untuk
mempertahankan atau meningkatkan produksi panas:
1. Vasokonstriksi.
3. Menggigil
(shivering).
4. Meningkatkan laju
metabolisme (dengan meningkatkan sekresi tiroksin).
5. Respons perilaku (menghangatkan
diri).
Mekanisme Produksi
Panas pada Hewan Endoterm
1.
Meningkatkan produksi panas
metabolik dalam otot rangka (kontraksi otot):
a. Terjadi secara
sadar dengan cara menggerakkan anggota tubuh.
b. Tanpa sadar dengan
cara menggigil (gerakan yang tidak teratur dan tidak mempunyai tujuan
pergerakan tertentu, misalnya saat dingin).
2.
Memetabolisme jaringan lemak
cokelat:
a. Jaringan
lemak cokelat berbeda dengan jaringan lemak putih.
b. Jaringan lemak
cokelat dibungkus oleh selaput yang dipersarafi dengan baik oleh sistem
saraf simpatis.
c. Jika dirangsang,
lemak akan dimetabolisme dalam mitokondria sel lemak, dan panas akan
dihasilkan.
d. Membutuhkan banyak
oksigen sehingga hewan harus meningkatkan pasokan oksigen.
3.
Meningkatkan sekresi hormon
tiroid (T3 dan T4), hormon yang dapat meningkatkan aktivitas metabolisme dalam
sel.
4.
Menyerap radiasi panas matahari.
5.
Menegakkan rambut/bulu sehingga
pelepasan panas secara konveksi dapat diperkecil.
6.
Mengurangi aliran darah ke organ
perifer dengan vasokonstriksi (menyempitkan pembuluh darah).
7.
Memberikan berbagai tanggapan
perilaku.
v Adaptasi Hewan Endoterm terhadap
Suhu Sangat Panas dan Sangat Dingin
Adaptasi terhadap
Suhu Sangat Dingin
1.
Masuk ke dalam kondisi
heterotermi, yaitu mempertahankan adanya perbedaan suhu di antara berbagai bagian
tubuh. Contoh: burung dan mamalia
kutub yang mempunyai suhu pada pusat tubuh sebesar 38oC, namun suhu
kakinya hanya sekitar 3oC, secara fisiologis, kaki tetap berfungsi
normal (telah beradaptasi pada tingkat sel dan tingkat molekul).
2.
Hibernasi atau torpor, yaitu
penurunan suhu tubuh yang berkaitan dengan adanya penurunan laju metabolisme, laju denyut jantung, laju
respirasi, dan sebagainya. Periode hibernasi,
mulai dari beberapa jam hingga beberapa minggu, bahkan beberapa bulan.
Berakhirnya hibernasi dicapai dengan kebangkitan spontan melalui peningkatan
laju metabolisme dan suhu tubuh secara cepat, yang akan segera mengembalikannya
ke keadaan nomal.
Adaptasi terhadap
Suhu Sangat Panas
1.
Meningkatkan pelepasan panas
tubuh dengan meningkatkan penguapan, baik melalui proses berkeringat ataupun
terengah-terengah.
2.
Melakukan gular
fluttering: yaitu menggerakkan daerah kerongkongan secara cepat dan
terus-menerus sehingga penguapan melalui saluran pernafasan (dan mulut) dapat
meningkat, akibatnya pelepasan panas tubuh juga meningkat. Misalnya pada
ayam yang sedang mengerami telur.
3.
Menggunakan strategi hipertermik,
yaitu mempertahankan atau menyimpan kelebihan panas metabolik di dalam tubuh
sehingga suhu tubuh meningkat sangat tinggi, contoh: unta dan rusa gurun. Hipertermik mengurangi pelepasan air dari tubuh, yang
seharusnya digunakan untuk mendinginkan tubuh melalui penguapan (untuk
sementara). Hipertermik menimbulkan masalah karena organ tertentu dalam tubuh
(misalnya otak) kurang mampu mentoleransi kenaikan suhu yang terlalu besar.
Pendinginan dilakukan dengan cara kerja mirip heat exchanger, lokasinya
terletak pada rongga hidung.
·
Pengendalian Suhu
Tubuh Hewan Endoterm
Komponen penyelenggara pengendalian
suhu tubuh
a. Reseptor: Reseptor
panas aktif bila suhu tubuh meningkat, sedangkan reseptor dingin aktif
bila suhu tubuh menurun.
b. Komparator: Pusat
control.
c. Efektor: Mekanisme
perbaikan.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1. Adaptasi adalah
kemampuan atau kecenderungan makhluk hidup dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan baru untuk dapat tetap hidup dengan baik.
2. Jenis-Jenis Dan
Macam-Macam Adaptasi
·
Adaptasi Morfologi, Adaptasi morfologi adalah
penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan kebutuhan organisme hidup.
·
Adaptasi Fisiologi, Adaptasi fisiologi adalah
penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang menyebabkan adanya
penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup dengan baik.
·
Adaptasi Tingkah Laku, Adaptasi tingkah laku adalah
penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku/perilaku terhadap lingkungannya.
3. Themoregulasi
adalah proses yang terjadi pada hewan untuk mengatur suhu tubuhnya agar tetap
konstan dinamis. Adapun mekanismenya adalah mengatur keseimbangan antara
perolehan panas dengan pelepasan panas.
DAFTAR PUSTAKA
Godam. 2009. Contoh Bentuk Adaptasi Tingkah Laku Behavioral Pada Mahluk Hidup – Ilmu
Biologi. (http://organisasi.org/contoh-bentuk-adaptasi-tingkah-laku-behavioral-pada-makhluk-hidup-ilmu-biologi, diakses 26 Maret
2011).
Godam. 2009. Macam Dan Jenis Adaptasi Mahluk Hidup – Morfologi, Fisiologi dan
Tingkah Laku. (http://organisasi.org/macam-jenis-adaptasi-makhluk-hidup-morfologi-fisiologi-dan-tingkah-laku-untuk-menyesuaikan-diri, diakses 26 Maret
2011).
Mughni, Irpan Arif. 2011. Thermoregulasi. (http://irpanarifmughni.blogspot.com/2011_01_01_archive.html, diakses 26 Maret
2011).
No comments:
Post a Comment
Silahkan berikan komentar jika ini bermanfaat